Skip to main content

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya). (Al-Ahzab : 23)

Dulu saat masih tinggal di salah satu kamar di gedung asrama lantai dua Madreseh Hojjatiyeh saya hampir setiap hari menikmati wajah teduh pria bersorban yang kebetulan menempati kamar yang berhadapan dengan kamar saya. Beberapa orang seusianya yang juga bersorban secara rutin pada pagi hari masuk ke dalamnya, termasuk pengawas asrama yang juga seorang ulama. Semula saya menduga mereka yang seusia itu melakukan diskusi ilmu. Namun setelah mengetahui namanya, saya baru tahu bahwa ternyata mereka sedang berguru kepada pria setengah tua yang berkamar di situ.

Dia adalah salah murid terdekat Allamah Thabathabai yang diyakini di kota Qom yang setengah penduduknya kala itu berstatus thalabeh atau pelajar agama dan ruhoni (ulama) sebagai manusia mistik.

Beberapa tahun kemudian setelah mengetahui keagungan sosok unik yang memproduksi lebih dari 200 karya dalam irfan dan filsafat ini dan mulai memahami bahasa Parsi saya mulai numpang mengais berkah hadir dalam lingkaran mereka yang mengerumuninya mencerap setiap hikmah yang meluncur darinya. Saya lebih fokus menikmati pendar cahaya mistik yang memancar dari parasnya.

Banyak guru besar dalam fiqh, ushul fiqh yang sebagiannya merupakan mujtahid yang menjadikan rujukan umat, juga para seluruh hawzah. Para filsuf dan teolog juga tak sedikit yang memarakkan pusat-pusat kajian di kota ini. Tak hanya itu, pengajar irfan nazhari dan amali pun tersedia dalam jumlah yang banyak. Tapi pria yang menjadi subjek dalam tulisan singkat ini terlihat menonjol, disegani oleh seluruh ulama, termasuk Imam Ali Khamenei. Singkatnya, dia adalah sebuah ikon spiritualisme dunia Syiah. Dia adalah #Ayatullah_Hasan_Hasan Zadej_Amuli.

Kepergian suksesor Allamah Muhammad Taqi Behjat Fumani ini adalah keberuntungan irfani baginya karena awal kehidupan yang bebas dari belenggu materi, namun bagi para pengais serpihan cahaya hikmah, kepergiannya adalah keyatiman spiritual.

Inna lillah wa inna ilaihi raji’un.