Gus Dur: Seret Provokator Insiden Bangil ke Meja Hijau!
Acara KONGKOW BARENG GUS DUR yang seyogyanya on air di Radio Utan Kayu FM 68H Jakarta setiap hari Sabtu, terpaksa disiarkan off air pada hari ini (Jumat 07 Des 2007) di kantor PBNU Kramat, karena cucu pendiri NU ini harus keluar kota pada esok harinya.
Kali ini Acara KONGKOW BARENG GUS DUR kedatangan rombongan dari Bangil, yakni Ust. Muhammad BSA, Ust. Ali Zaenal Abidin, (YAPI) dan Ust. KH. Khoiron Syakur (Sesepuh NU Bangil). Kedatangan mereka adalah untuk silaturahim dengan Gus Dur sekaligus melaporkan adanya Tindakan Kekerasan terhadap sebuah masjid bernama Masjid Jarhum dan juga rumah ust. Ali Zaenal Abidin & Ust. Muhammad bin Alwi dengan mengatasnamakan Mazhab atau Golongan Islam, pada 27 Desember 2007 silam.
Bertempat di sebuah ruangan yang sederhana, mantan Ketua Umum PBNU ini terlihat santai dengan setelan batik. Dihadiri pula oleh sekitar 15 orang simpatisan yang empati terhadap kasus kekerasan tersebut. Beberapa dari LSM dan aktivis kepemudaan Islam.
Pelapor menjelaskan kronologi kekerasan yang terjadi, baik di Masjid Jarhum maupun Rumah kediaman. Berawal dari ceramah salah satu ustadz pada tanggal 25 Desember 2005 (dua hari sebelum kejadian), yang menyampaikan kesesatan-kesesatan ajaran Syiah dan mengajak kepada umat untuk segera bertindak agar ajaran Syiah tidak semakin menyebar di wilayah Bangil. Tindakan kekerasan tersebut terjadi di rumah Ust. Ali pada 27 Desember 2007 pukul 12.30 dini hari.
Suasana KONGKOW terasa akarab meski Gus Dur sesekali terlihat bersemangat dan sedikit emosi berkaitan dengan tindakan kekerasan yang ditujukan kepada Umat Syiah di Bangil. Gus Dur menilai terjadinya kekerasan atas nama aliran agama ini disebabkan oleh Fatwa MUI belakangan yang menyatakan beberapa Golongan sesat. Meski Syiah sendiri tidak termasuk yang disesatkan, namun fatwa tersebut membuat beberapa kelompok Islam melakukan tindakan kekerasan kepada golongan yang mereka anggap sesat, sebagai contoh yang terjadi diBangil dengan korban para pengikut mazhab Syi’ah. Gus Dur sendiri beranggapan bahwa, kalau mau kita cermati, tradisi-tradisi dalam NU beberapa mempraktekkan tradisi yang bersumber dari Syiah, seperti Barjanji, Shalawatan li Khomsatun dan beberapa praktek-praktek yang lain. Jadi menurutnya, NU adalah Syiah secara tradisi bukan Syiah politik.
KH. Khoiron Syakur (sesepuh NU Bangil) menyatakan bahwa sudah sejak bertahun-tahun, warga NU hidup berdampingan dengan warga Islam yang berbeda mazhab, dan tidak ada pertentangan apalagi sampai kepada perbuatan kekerasan sebagaimana terjadi sekarang.
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid mengutuk dan berjanji melaporkan tindakan kekerasan ini ke Kapolri. Ia juga menghimau warga NU tidak terpengaruh dan tetap mewaspadai gerakan-gerakan yang mengatasnamakan umat Islam namun sesungguhnya adalah upaya untuk memecah belah Umat Islam.