Skip to main content

Dahulu saat teknologi transportasi belum ditemukan, haji dan umroh tergolong ritus yang berisiko berupa kematian karena badai sahara atau binatang buas dan aneka penyakit akibat wabah atau virus yang tak dikenali dan sulit diobati.

Kini di era modern ibadah yang memerlukan biaya besar itu rentan distorsi dan tak jarang kehilangan makna substansial spiritualitasnya sebagai proses purifikasi diri.

Sebagian ritual itu bagi sebagian orang malah menjadi semacam pelancongan dan bagian dari agenda vacation. Malah sebagian orang yang gampang bepergian menjadikannya sebagai proses penegasan status sosial dan penguatan kelas. Yang lebih parah, ia menjadi bagian dari tour lobby atau bagian rekayasa mengambil kekuasaan. Singkatnya ia dijadikan manuver game of power alias pencitelraan karena gelar haji bisa jadi modal tambahan dalam kampanye.

Belum mampu haji, umrah dan ziarah? Jangan takut tertinggal dalam lomba ibadah dari orang-orang yang sering umrah dan ziarah. Pahala ziarah atau umrah buat yang mampu berziarah dari dekat adalah berziarah dari dekat.

Pahala haji, umroh dan ziarah bagi yang hanya mampu berziarah dari jauh adalah berziarah dari jauh. Buat yang tak mampu beli tiket pesawat dan sewa hotel, pahala bisa diperoleh dengan berziarah dari rumah dengan niat tulus dan

Haji dan umroh juga ziarah bisa dilakukan oleh siapapun. Bedanya, bagi orang yang mampu, ibadah-ibadah tersebut hanya sah bila dilakukan dengan proses yang mungkin melelahkan dan memakan biaya besar. Itu pun bila tujuannya murni ibadah.

Bagi yang tak mampu, haji dan umroh bisa dilakukan dengan melantunkan doa-doa dan ziarah jarak jauh tanpa visa, paspor dan semua kerumitan prosesnya.

Tanpa hati yang landai dan niat tulus melakukan ibadah, haji dan umroh hanyalah parade pamrih