10 Nopember adalah Hari Pahlawan. Namun, di balik itu muncul pertanyaan apakah perjuangan fisik untuk merebut negeri dari penjajah asing pantas dikenang dengan peringatan yang sifatnya terkadang mengarah pada hura-hura? Jika iya, berarti harga darah pejuang kita dibayar dengan kesenangan dan hura-hura.
Sungguh Ironis. Melupakan peristiwa yang penuh keheroikan demi terlepas dari belenggu penjajah sudah menjadi fenomena umum di masyarakat. Bahkan, mungkin saja makna perjuangan yang dilakukan pendahulu negeri ini tak pernah ditangkap oleh generasi sekarang.
Memang, saat ini penjajahan fisik tidak kita dapatkan. Namun, sadarkah kita bila sekarang kita sedang dijajah dengan metode yang berbeda? Para penjajah asing itu (kapitalis dan anteknya) menggunakan sistem yang lebih halus untuk menjajah kita. Eksploitasi SDA yang dilakukan oleh korporasi asing, privatisasi yang sedang digalakkan pemerintah hampir di semua bidang dan kebebasan yang senantiasa digembar-gemborkan oleh sekelompok orang adalah bentuk penjajahan modern saat ini.
Sadarkah diri kita, sistem yang berkembang saat ini membuat kita terbelenggu tak ubahnya saat zaman penjajahan dulu? (opini Endartini K, Mahasiswi FKG Unair Surabaya di Republika, Jumat, 09 Nopember 2007)