HIDUP TENANG ATAU JIWA TENANG

HIDUP TENANG ATAU JIWA TENANG
Photo by Unsplash.com

Banyak orang beribadah dan berusaha melaksanakan amal saleh demi mendapatkan kehidupan yang tenang, tenteram, aman dan sejahtera. Yang kehidupannya sudah nyaman beribadah karena ingin lebih nyaman. Padahal fakta menunjukkan banyak orang saleh dan rajin ibadah hidup dalam kesulitan dan dirundung problema rumahtangga bahkan dibenci, difitnah dan dikucilkan. Banyak pula orang yang tak terlihat rajin beribadah bahkan mengabaikan aturan agama hidup tenang, aman dan sejahtera juga punya rumahtangga yang rukun.

Sebagian yang rajin beribadah dan beramal saleh namun kehidupannya tetap kacau bahkan kian sulit, mulai meragukan manfaat agama karena ibadah dan amal saleh tidak membuat hidupnya tenang, damai dan makmur.

Sedangkan sebagian yang tak rajin beribadah dan tak beramal saleh juga mengabaikan aturan agama namun hidup tenang dan nyaman makin mantap dengan pandangan bahwa agama tidak berguna.

Jelaslah, ibadah bukan BGA (Bank Gratis Abadi) yang memberikan uang kepada siapapun yang meminta, agama bukan narkoba yang bikin flay dan sakau, dan amal saleh bukan pabrik farmasi pembuat vaksin.

Jelas pula keterikatan kepada aturan agama justru membatasi aktivitas dan melarangnya menerjang semua norma demi mengumpulkan uang dengan cara apapun sehingga hidupnya makin jauh dari kesejahteraan. Bahkan kerap orang yang terikat dengan norma agama terkucil dalam lingkungan bisnis karena menolak persekongkolan dalam aksi-aksi koruptif bahkan kadang justru difitnah melakukan korupsi lalu dipecat.

Lalu bagaimana?

  1. Ibadah dan amal saleh supaya tidak sia-sia harus didasarkan pada niat taqarrub (mendekati Allah) dan dengan meraih rahmat dan ampunan
  2. Bila ibadah pasti menghasilkan kehidupan yang tenang, maka sia-sialah surga.
  3. Hidup tenang mungkin bisa didapat dengan melepaskan aturan agama, menghindari risiko melawan ketidakadilan, tidak peduli kepada derita orang lain.
  4. Allah telah berjanji akan menimpakan beragam kesulitan demi menguji ketabahan dan ketangguhan seluruh hamhaNya.
  5. Yang lebih penting dari punya hidup tenang adalah punya jiwa tenang.
  6. Setenang apapun kehidupan takkan benar-benar tenang bila jiwa tidak tenang. Sekacau apapun kehidupan takkan menggoyahkan jiwa yang tenang.
  7. Jiwa tenang adalah yang tegak dengan iman sebagai sumber optimsme dan harapan yang dengan ikhtiar maksimal dan tawakkal.
  8. Kecemasan (jiwa yang tidak tenang) adalah akibat lemahnya iman dan sumber malapetaka.

Read more