HINDARI TANPA CEMAS
Karena kita telah mengetahui adanya pasien yang telah sembuh, maka kemustahilan sembuh gugur.
Karena kemustahilan sembuh gugur, maka mestinya harapan untuk sembuh ada.
Karena harapan untuk sembuh ada, maka kita mau dan tidak mau harus siap menerima kemungkinan terinfeksi sambil fokus pada bukti kesembuhan dan terbukanya peluang sembuh, bukan malah menghabiskan perhatian pada kecemasan terinfeksi dan kekhawatiran tidak sembuh bila terinfeksi.
Karena siap menerima kemungkinan terinfeksi, maka kita pasti akan mengubah mindset yang berakibat pada perubah prilaku sebelumnya dalam keseharian (seperti menjabat tangan, mudah memegang benda di ruang publik) dari kecemasan ke optimisme, dari penafian kemungkinan terinfeksi dengan merawat kecemasan ke penerimaan kemungkinan terinfeksi dengan bekal bukti kesembuhan, harapan kesembuhan dan kewaspadaan dengan meninggalkan prilaku sebelumnya dalam situasi non darurat.
Karena cemas, tidak sempat mengubah mindset dari prilaku biasa ke prilaku luar biasa. Karena tidak mengubah prilaku, terinfeksi.
Daripada sibuk menggali lebih dalam lubang kecemasan dalam diri mengapa tidak mengisi lubang itu dengan optimisme, kesiapan menerima terinfeksi karena ada harapan sembuh dan kewaspadaan karena mengubah mindset dan prilaku?!
Harapan adalah buah optimisme. Optimisme adalah buah perubahan mindset. Kecemasan adalah musuh optimisme.