Namanya Aris, tapi teman-temanya di sekolah maupun di INKAI memanggilnya Aan. Meski namanya bisa disandang oleh cewek juga cowok, perawakan dan gaya ngomongnya jauh dari citra gemulai sebagaimana umunya artis cowok film-film Korea atau Taiwan. Wajahnya tidak imut, paling tidak tidak, pasti gagal kalau ikutan audisi ‘cowok ganjen’.
Tapi di balik jaket kulitnya kadang menyemburkan aroma ‘apek’, pria bershio kambing-api ini memiliki jiwa setiakawan, sentimentil dan sensitif terhadap ketidak-adilan. Ia telaten mengajari ngaji dan musik anak-anak jalanan di kawasan Cilandak yang bandelnya minta ampun dan kurangajarnya ngga ketulungan. La iya lah.. namanya juga anak jalanan korban kekerasan.
Temanku yang punya keahlian menulis cerpen dan memperindah (bukan hanya menyunting) tulisan atau terjemahan yang ancur ini, sekarang sedang berada di Jember karena merawat ibunya yang sedang koma akibat sejumlah penyakit. Semoga Allah memberinya pahala ketabahan dan kebaktian kepada orangtua. Amin.
Aku yang berada jauh dari kota Jember hanya bisa membantunya dengan memohon para pengunjung blog ini untuk menyumbangkan doa agar Allah swt memberikan apa yang terbaik untuk ibu calon pengacara ini. Aku yakin tidak ada satupun kebaikan yang terlewat dari penglihatanNya.