Bila menjabat tangan seseorang, Nabi SAW tidak pernah melepaskan tangannya lebih dahulu. (Imam Shadiq).
Bila berjalan, Nabi SAW tak pernah menyeret kakinya.
Bila berbincang dengan seseorang, Nabi SAW menanggapinya sepenuh hati hingga setiap orang merasa mendapat perlakuan khusus.
Bila berbicara dengan seseorang, Nabi SAW tak memandangi matanya.
Bila dipanggil seseorang, Nabi SAW tak menoleh tapi membalikkan seutuh tubuh menghadapnya.
Bila dihampiri sesesorang, Nabi SAW tidak duduk tapi bangkit dan menyambut.
Bila sedang duduk bersama seseorang, Nabi SAW tidak bangkit lebih dulu.
Bila mengahidiri sebuah acara atau undangan, Nabi SAW tidak memilih/meminta tempat khusus, tapi duduk di barisan yang kosong.
Bila menjabat tangan seseorang, Nabi SAW tidak pernah melepaskan tangannya lebih dahulu.
Bila tamunya hendak pulang, Nabi SAW mengantarkannya hingga ujung lorong kampung.
Bila diberi hadiah apapun, Nabi SAW tak menolaknya. Bila diundang jamuan, ia mengambil makanan yg terjangkau oleh tangannya.
Bila sahabatnya sakit, Nabi SAW menjenguknya meski tinggal di ujung Madinah.
Bila melintasi jalan umum yang ramai orang, Nabi SAW berjalan mengendap agar tak menarik perhatian dan membuat mrk rikuh.
Nabi SAW tidak pernah memanggil seseorang dengan namanya bukan julukan jelek yang diberikan orang lain.
Bila tiba waktu makan, Nabi SAW selalu berusaha mengajak siapapun yang melintas depan rumahnya untuk menjadi teman makannya.
Saat makan sendirian dan bersama orang lain, Nabi SAW tak bersendawa dan tak bersuara bila mengunyah.
Intoleransi adalah modus menghindari dialog fair yang bisa menyadarkan publik.
Nabi SAW tak berbasa basi tapi memuji siapapun secara tulus bila dianggapnya layak.
Bila akan bepergian, Nabi SAW mengundang orang-orang miskin, janda-janda dan anak-anak yatim lalu meminta doa kepada mereka.
Bila jadi tuan rumah, terakhir yang selesai makan (supaya tamu tidak sungkan). Bila jadi tamu, pertama yang selesai makan.
Bila terdengar tangisan bocah saat shalat, Nabi SAW memilih surah pendek dan usai shalat bergegas merangkulnya.
Nabi tak pernah meminta bantuan/menyuruh istri melakukan tugas2nya sendiri. Ia menjahit sandal dan pakaiannya sendiri.
Nabi tidur tak pernah lelap dan bila terhibur tak pernah terbahak.
Bila wanita yang dikenal dan yang tak dikenalnya melintas di hadapannya saat duduk, Nabi SAW bangkit memperlihatkan hormat.