Saya tak kuasa menahan ngakak saat menonton adegan demi adegan dalam film ngawur “Not Okay”.
Meski tetap mempropagandakan pluralitas orientasi seksual sebagai pola hidup yang seolah harus dinormalkan sebagaimana umumnya lifestyle kemenyek ala Hollywood, film yang dibuat pada 2022 ini mengafirmasi sekaligus menegasi secara satire kepalsuan sebagai pesona utama media sosial yang telah menjadi penyakit mental generasi millinel, apalagi generasi Z.
Rata-rata remaja, terutama yang kurang beruntung di dunia nyata atau merasa tak cukup cerdas untuk bersaing skiil, ingin ngetop di dunia instagram dan medsos lainnya meski tak punya bekal selain pamer tampang tersunting dengan aplikasi kalau punya modal, tentunya, atau mencoba dianggap wise dengan copas ide orang lain dan menjiplak tulisan orang.
Karena menjadi influencer dianggap lebih keren dari semua profesi, imagologi ditetapkan sebagai pengganti ideologi dan teologi. Pencahayaan, pose, gestur, mimik, dan semua pola visual, berikut paha, pinggul dan lainnya, dianggap modal utama melampaui sertifikat prestasi demi mengais engagement yang bisa diuangkan.
Kita yang sudah berumur mungkin bisa menjaga jarak dengan imagologi medsos tapi bagaimana dengan anak-anak kita.