"INDOSYIAH"

"INDOSYIAH"
Photo by Unsplash.com

Sebagaimana wahabisme di Indonesia dikaitkan dengan Saudi, mazhab Syiah juga kerap diasosiasikan, terutama oleh para pembenci, dengan Iran agar terlihat sebagai entitas non organik yang tidak punya basis historis di Nusantara dan supaya mudah dicap transnasional setelah sukses menghujaninya dari segala arah dengan tuduhan sesat.

Wahabisme memang tak bisa dipisahkan dari sejarah didirikannya kerajaan Saudi yang merupakan kombinasi antara rezim politik tribal klan bromocorah di Nejd pimpinan Saud dengan kuasa teologi skriptual mujassimah Muhammad bin Abdul Wahhab yang terinspirasi oleh wacana pemikiran Ibnu Taymiyah dan Ibnu Hazm. Karena itu, meski wahabisme identik dengan rezim Saudi, salafiyah sebagai haluan teologi Ahlulhadis pada faktanya mendahului masa peresmian wahabisme dan pembentukan dinasti Saud oleh Inggris kolonial seusai runtuhnya Dinasti Khilafah Otoman.

Sedangkan mazhab Syiah bukan karya intelektual seseorang, bukan produk material atau komoditas sebuah negara atau buah kebijakan sebuah institusi pemerintahan dalam negara apapun. Peradaban Islam Syiah sudah berdiri menjulang megah sebelum dianut mayoritas warga Iran kira-kira 2 abad lalu.

Membagikan info seputar prestasi bangsa lain atau capaian teknologi negara lain pada dasarnya adalah perilaku positif bila tujuan di baliknya adalah membanggakannya sebagai capaian umat Islam dalam skala keumatan atau memotivasi bangsa sendiri untuk bersaing, bukan membanggakannya seolah itu juga prestasi komunitas dan diri sendiri karena kesamaan mazhab. Meski penduduk terbanyaknya bermazhab Syiah bahkan beragama Islam (dalam konteks yang lebih luas), secara fundamental itu adalah capaian negara lain dan prestasi bangsa lain yang punya kebanggaan dan identitasnya sendiri.

Karena itu pula,, mestinya individu Syiah di negeri ini autopaham dan tidak malah berlomba menjadikan bendera negara lain, pemimpin negara lain dan pahlawan negara lain sebagai foto profil akun meskipun hanya bermaksud menunjukkan dukungan moral atas resistensinya terhadap hegemoni AS. Lebih dari itu, sebuah bangsa mestinya tak suka prestasinya dianggap sebagai prestasi oleh bangsa lain.

Pandangan realistis demikian justru merupakan apresiasi terhadap setiap bangsa dan negara, terutama negara dan bangsa Iran yang berani mempertahankan kedaulatan meski diisolasi dengan embargo dan isolasi, seraya tetap memegang teguh kehormatan sebagai bangsa besar dengan kebanggaan identitas sendiri dan menomersatukan bangsa sendiri sebagai "keluarga terdekat".

Jadi Sunni tak mesti jadi Arab. Jadi Syiah tak berarti jadi Persia.

M e r d e k a!!!

Read more