Skip to main content

Kegelisahan dan kecemsan adalah sumber konsumerisme yang diciptakan oleh industri perobatan, kecantikan/penampilan dan kebugaran.

Kecemasan timbul akibat rasa rendah diri yang disemburkan dari sentra-sentra transfer budaya (gaya hidup) luar melalui propaganda (iklan) masif tentang standar kesehatan, kebugaran, kecantikan dan keindahan.

Terciptalah pasar luas yang membentang dari Asia hingga Afrika. Ribuan laboratorium medis dan rumah sakit berkecambah untuk menyambut penyakit-penyakit. Ribuan pusat perawatan kulit dan kecantikan bermunculan menawarkan oprasi ganti hidung, dagu hingga kelamin.

Kapitalisme menciptakan manusia-manusia resah yang gamang dan meratapi kodratnya, mencemaskan struktur raga dan parasnya, merawat bayangan stroke dan serangan jantung akibat diabetes, hipertensi dan kolesterol, menyesali identitasnya, malu dengan dirinya, menerima tanpa sadar proses evolusinya, membiarkan benaknya menjadi kranjang aneka produk keindahan dan kesehatan yang muncul silih berganti dengan formulasi-formulasi yang lebih sempurna dan janji-janji keajaiban.

Keajaiban-keajaiban kini bukan utopia tapi telah menjadi harapan yang bisa diraih dengan uang. Itulah delusi kolektif yang merambati jiwa-jiwa kerontang dan kalbu yang terus dihantui kegelisahan.

Tentu menghilangkan kegelisahan memerlukan biaya besar yang hanya bisa diperoleh dengan menempuh segala cara. Arena kompetisi terbuka. Kecemasan terus diproduksi berbarengan penawarnya. Virus diciptakan dengan anti virusnya.

Nilai dan norma pun bergeser. Yang lebih penting saat ini adalah imagologi dan pemenuhan dahaga pujian yang diharapkan melenyapkan kecemasan.

“Aku belanja, maka aku ada” menjadi doktrin dan mindset yang tercangkok di slot bawah sadar saat kesempurnaan dtelanjangi dari makna abstraknya.gan uang. Itulah delusi kolektif yang merambati jiwa-jiwa kerontang dan kalbu yang terus dihantui kegelisahan.

Tentu menghilangkan kegelisahan memerlukan biaya besar yang hanya bisa diperoleh dengan menempuh segala cara. Arena kompetisi terbuka.

Nilai dan norma pun bergeser. Yang lebih penting saat ini adalah imagologi dan pemenuhan dahaga pujian yang diharapkan melenyapkan kecemasan.

“Aku belanja, maka aku ada” menjadi doktrin dan mindset yang tercangkok di slot bawah sadar saat kesempurnaan dtelanjangi dari makna abstraknya.