Skip to main content

Insya Allah ‘yang keliru’

By October 19, 2011One Comment

Ahmad sangat gembira. Dia telah menabung sejumlah uang yang cukup untuk membeli seekor sapi yang akan menjadi miliknya. Sekarang dia bisa mendapatkan susu segar setiap hari. Dia berencana untuk pergi ke pasar dekat kotanya untuk membeli seekor sapi.

Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan temannya, Buray.

“Assalamu‘alaikum wahai Ahmad,” sapa Buray.

“’Alaikumus-salam,” jawab Ahmad.

“Engkau hendak pergi ke mana?” Buray bertanya.

“Saya akan ke pasar untuk membeli seekor sapi,” kata Ahmad, dengan suaranya yang riang.

“Engkau semestinya senantiasa mengucapkan ‘insya Allah’ (dengan izin Allah),” Buray memberitahunya.

Ahmad tidak merasa perlu mengucapkan ‘insya Allah’ karena mempunyai uang dan sedang dalam perjalanan menuju pasar. Tentu saja dia akan membeli seekor sapi.

Dia meneruskan perjalanannya ke pasar. Persis ketika hendak tiba di pasar, seorang perampok mencegatnya dan mengambil seluruh uang miliknya. Ahmad sangat sedih. Dia pulang kembali ke rumah dan bertemu lagi dengan Buray.

“Dimana sapinya?” tanya Buray.

Ahmad menjawab, “Insya Allah dalam perjalanan menuju ke pasar, seorang perampok menyergap saya, dan Insya Allah dia mengambil semua isi dompet saya, dan insya Allah dia mengambil uang saya.”

Buray memandangnya dengan keheranan dan berkata kepadanya bahwa dia mengucapkan insya Allah pada tempat yang salah. Dia semestinya sudah mengucapkan itu sebelum pergi untuk membeli sapi.