Skip to main content

Intifada Jilid III Mengubah Konstelasi di Politik Timur Tengah

By December 31, 20085 Comments

Serangan pertama Israel sempat membuat warga Gaza kedodoran yang menimbulkan banyak korban, selain memang serangan pertama dalam tujuh jam Israel menghabiskan 100 ton rudalnya. Kejadian itu juga tidak luput dari pengkhianatan Mesir.

Karena setelah ancaman yang disampaikan oleh Tzipi Livni, Menlu Rezim Zionis Israel akan menyerang Gaza, para pejabat Hamas menghubungi para pejabat Mesir dan dijawab bahwa itu hanya gertakan karena menghadapi pemilu. Hamas lalu menurunkan tingkat kesiapannya dan tidak membatalkan acara kelulusan polisi. Kalau di tayangan-tayangan televisi terlihat banyak polisi yang meninggal, maka penyerangan itu berbarengan dengan sebuah acara. Polisi itu bukan dari sayap militer Hamas, Syahid Ezzuddin Qassam, tapi dari masyarakat.

Namun setelah itu kita saksikan bahwa korban semakin sedikit dan lebih banyak dari wanita dan anak-anak. Hari kedua para pejuang Palestina mulai melakukan serangan balasan dengan meluncurkan roket-roket buatan mereka sendiri yang ternyata sangat merepotkan Israel. Banyak korban berjatuhan. Israel hanya membolehkan dua media audiovisual dan satu media tulis yang boleh meliputi kejadian dan korban di sana. Sudah ratusan roket yang ditembakkan dan ratusan pula orang-orang Israel yang terluka dan beberapa orang tewas. Namun, setelah seruan intifada ke-3 dan tewasnya sejumlah anak-anak dan wanita, Brigade Syahid Ezzuddin Qassam menembakkan beberapa roket Grad ke kawasan militer Israel. Senang mendengar 5 orang Israel tewas beberapa diantara tentara dan 50 terluka, 5 luka berat.

Roket Grad yang ditembakkan itu ternyata mencapai jarak 40 kilometer. Hal yang tidak pernah disangka oleh Israel bahwa Hamas bakal punya roket seperti itu. Karena mereka selama ini hanya tahu roket yang ditembakkan Hamas hanyalah roket buatan tangan.

Artinya, di hari keempat perang tampaknya Israel harus berpikir panjang untuk melakukan perang darat. Karena sebelum gencatan senjata 6 bulan lalu, para pejuang Palestina berhasil menghancurkan satu tank Merkava. Bila saat ini tank-tank Israel mulai merangsek maju, tapi dalam strategi perang hal itu belum dikatakan kemajuan dan kemenangan karena sejak sebelum ini Gaza telah diblokade dan maju sedikit tidak berarti apa-apa. Terlebih lagi Hamas akan memancing mereka ke dalam untuk menghancurkan mereka. Oleh karena itu, keadaan Gaza di hari-hari ke depan akan lebih baik dalam strategi perang. Namun kita punya kewajiban untuk menolong Gaza. Karena kondisi di rumah-rumah sakit Gaza sudah sangat memprihatinkan. Karena kekurangan alat-alat medis dan obat-obatan, mereka mulai membungkus korban luka dengan kertas!!!

Perang akan berlangsung lama dan sangat menentukan. Karena dari satu sisi, Israel perlu menghancurkan milisi perlawanan di Palestina, utamanya Gaza, agar tidak ada lagi simbol perlawanan di Palestina. Namun sikap ini justru membangkitkan perlawanan. Jelas, tim perang Ehud Barak masih lebih lemah dari tim perang Sharon dulu. Padahal para pejuang Palestina berhasil memukul mundur mereka. Sementara Hamas lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Karenanya, perang ini akan berkepanjangan. Nah, di sini Israel punya kelemahan besar. Mereka tidak punya ketahanan untuk berperang lama. Karena orang-orang Israel yang ada di Palestina pendudukan di ajak ke sana dengan dengan dua syarat; keamanan dan uang.

Bila salah satu saja dari ini terancam dengan enteng mereka kembali ke negaranya. Karena itu, walaupun tampaknya tidak ada korban ketika para pejuang Islam Palestina menembakkan roket-roketnya, tapi itu sudah cukup bagi penduduk yang ketakutan menekan pemerintahnya. Jadi bila perang berkepanjangan, kekalahan akan menjadi hak Israel. (Saleh Lapadi, wartawan dan redaktur IRIB Indonesia)