Skip to main content

Banyak orang mengira Wahabisme dan Salafiyah sebagai sebuah aliran baru dengan rujukan hadis tersendiri yang berbeda dengan rujukan mainstream umat, padahal sama, yaitu bukhari, Muslim, Ahmad bin Hanbal, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya

Justru semua doktrin kalam (akidah) dan fikih (syariah) Wahabisme didasarkan pada teks riwayat dalam kitab-kitab hadis yang disepakati oleh mainstream umat sebagai “shihah” (kitab-kitab shohih).

Hanya saja Salafiyah yang jiga disebut Wahabisme, yang direpresentasi Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taymiyah, Ibnu Hazm, Muhammad bin Abdul Wahhab, Nasiruddin Albani, dan Muhammad bin Baz memilih pola interpretasi denotatif atas teks ayat dan riwayat.

Kelompok-kelompok radikal juga merujuk ke teks-teks yang dikutip dari para sahabat yang disepakati sebagai sebuah masyarakat yang tidak patut diragukan kredibilitasnya.

Singkatnya, intoleransi, ekstremisme dan radikalisme bisa menjangkiti siapapun. Karenanya :

  1. Tak semua yang pakai celana cingkrang adalah wahabi.
  2. Tak semua yang tak pakai celana cingkrang bukan wahabi.
  3. Tak semua wahabi adalah intoleran.
  4. Tak semua non wahabi adalah toleran.