Iran Desak OKI Bahas Serangan Brutal Israel di Gaza
Pemerintah Iran mendesak Organisasi Konferensi Islam (OKI) menggelar pertemuan darurat terkait serangan brutal Israel di Jalur Gaza. Desakan itu diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Manouchehr Mottaki dalam sebuah surat kepada Pemimpin OKI Ekmeleddin Ihsanogulu.
Mottaki mendesak agar OKI menggelar pertemuan tingkat menlu di antara 57 negara anggotanya. Teheran menegaskan kecamannya atas kekejaman Israel di wilayah Palestina.
"Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad juga mendesak Perdana Menteri (PM) Malaysia Abdullah Ahmad Badawi yang negaranya saat ini menjadi ketua OKI untuk memfasilitasi pertemuan itu," tulis kantor berita pemerintah Iran, IRNA.
Ihsanogulu pada Sabtu (19/1) juga telah mengecam serangan Israel ke Gaza. Dia mendesak PBB untuk mengintervensi menghentikan pertumpahan di wilayah miskin tersebut. Dia menuduh militer Israel melakukan pembunuhan berturut-turut di Jalur Gaza di mana rakyat sipil yang menjadi korban.
Operasi militer Israel yang dilancarkan di Gaza sejak Selasa (15/1) telah menewaskan sedikitnya 36 warga Palestina. Serangan tersebut merupakan gelombang kekerasan terbesar sejak Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni 2007.
Pada Kamis (17/1), Israel mengumumkan penutupan menyeluruh wilayah Gaza untuk menekan Hamas yang terus melakukan serangan roket. Namun upaya Israel selama ini gagal untuk menghentikan aksi pejuang Hamas.
Minggu (20/1), pengiriman keempat bahan baku nuklir dari Rusia telah tiba di pembangkit listrik Iran di Bushehr. Dengan demikian, Rusia telah mengirimkan lebih dari setengah bahan baku nuklir ke sana.
Sebanyak 11 ton bahan baku nuklir itu tiba di Bushehr kemarin, hanya dua hari setelah Iran menerima pengiriman ketiga dari Rusia pada Jumat (18/1). Rusia berjanji mengirimkan 85 ton bahan baku nuklir untuk pembangkit listrik tersebut.
"Sisa bahan baku nuklir, sekitar 40 ton, dijadwalkan tiba dalam empat pengiriman terpisah dalam beberapa bulan ke depan," ungkap IRNA.
Iran telah menerima pengiriman pertama dari Rusia pada Desember 2007, setelah beberapa bulan perselisihan antara kedua negara terkait penundaan pembayaran pembangunan reaktor. Teheran menegaskan, Bushehr merupakan reaktor nuklir pertama Iran.
Bushehr akan mulai beroperasi pada musim panas 2008 dengan memproduksi setengah dari 1.000 megawatt kapasitas listriknya. Teheran menegaskan, pengiriman bahan baku nuklir itu merupakan sebuah kemenangan yang menunjukkan program nuklirnya untuk perdamaian dan bukan untuk pembuatan senjata nuklir seperti tuduhan Amerika Serikat (AS).
AS dan Rusia menyatakan, pengiriman bahan baku nukir itu berarti Iran tidak perlu melanjutkan program pengayaan uraniumnya. Proses pengayaan itu dapat menyediakan bahan baku untuk reaktor nuklir atau bahan baku bom. Iran sepakat Rusia mengirim bahan baku untuk memastikan bahwa plutoniumnya tidak untuk membuat bom.
Teheran menandaskan akan tetap melanjutkan program pengayaan uraium untuk memenuhi bahan bakar untuk reaktor 300 megawatt yang dibangun di Kota Darkhovin. Iran berencana menghasilkan 20.000 megawatt listrik dari energi nuklir dalam dua dekade mendatang. (okezone/Sindo)