Iran Kurangi Penggunaan Dolar AS

Iran Kurangi Penggunaan Dolar AS
Photo by Unsplash.com

dollar-burn.jpg

Produsen minyak terbesar keempat dunia, Republik Islam Iran, memutuskan untuk memangkas penggunaan mata uang dolar AS sebagai alat pembayaran atas ekspor minyak mereka. Menurut Deputi Kepala National Iranian Oil Company, Mohammad-Ali Khatibi, penggunaan dolar AS dalam transaksi ekspor minyak Iran hanya tinggal 15 persen.

Langkah itu diterapkan Iran di tengah gencarnya tekanan AS terhadap sistem keuangan negara di Teluk Persia tersebut. Sebagai gantinya, kini Iran lebih memilih menggunakan euro - mata uang 13 negara Eropa - sebagai alat pembayaran. ''Iran menjual 85 persen minyaknya dengan mata uang selain dolar AS,'' ujar Khatibi, Selasa (2/10) dalam siaran televisi pemerintah.

Menurut Khatibi, sekitar 65 persen minyak mentah yang mereka jual di pasar dunia dibayar dengan euro dan 20 persen lagi dibayar dengan yen. Khatibi menambahkan, Jepang yang membeli sekitar 20 persen minyak mentah Iran , juga telah sepakat untuk menggunakan yen sebagai alat pembayaran.

Bahkan, ujar Khatibi, tak menutup kemungkinan 15 persen minyak mentah mereka yang kini dibayar dengan dolar AS akan diganti dengan mata uang negara lain yang lebih bernilai. Menurut dia, mata uang Uni Emirat Arab, yakni dirham, bisa menjadi salah satu alat tukar transaksi minyak yang diproduksi Iran.

Sebelumnya, musuh bebuyutan AS di Amerika Latin, Venezuela juga telah memutuskan untuk tidak menggunakan dolar AS sebagai alat transaksi ekspor minyak mereka. Baik Iran maupun Venezuela beralasan, penghindaran akan dolar As itu dilakukan lantaran nilainya yang sejak 2004 lalu terus mengalami depresiasi. Hal itu kini makin terlihat jelas dengan terus melemahnya nilai tukar dolar AS terhadap euro.

Iran yang juga tercacat sebagai produsen minyak terbesar di antara negara-negara OPEC telah memutuskan untuk memangkas ketergantungan penggunaan dolar AS secara massif. Keputusan itu diterapkan Iran sebagai bentuk perlawanan terhadap tekanan yang kian gencar dilakukan AS terhadap negara yang berada di kawasan Teluk itu.

Sejak beberapa waktu lalu, pemerintah AS telah melarang bank di negaranya serta bank asing untuk berhubungan dengan Iran. Akibat mendapat tekanan dari AS, sejumlah bank Eropa pun secara drastis telah menghentikan bisnisnya dengan negara Islam itu. Selain itu, pemerintah George W Bush juga telah dua kali mem-black list bank berbendera Iran.

Lewat cara itulah AS mencoba mengucilkan Iran yang tengah gencar membangun proyek pengayaan nuklir untuk tujuan damai. Namun, Amerika tetap menuduh Iran akan memproduksi senjata nuklir. Saat ini, Iran memang tengah dililit inflasi dan pengangguran. Namun, negara itu masih diberkahi dari tingginya harga minyak saat ini.

Bank Sentral Iran mencatat hingga akhir Juni 2007 cadangan mata uang asing negara itu naik sebesar 37 persen atau setara dengan 65 miliar dolar AS. Meski terus ditekan AS dan sekutunya, Iran tak pernah mati. Juni lalu, negara petrodolar itu berencana membangun lima kilang minyak baru di Asia, dengan kapasitas produksi mencapai 1,1 juta barel per hari (bpd).

Menurut Menteri Perminyakan Iran, Seyed Kazam Vaziri Hamaneh, pembangunan lima kilang minyak itu bertujuan memperkuat kerja sama antara negara-negara kawasan Asia. "Iran telah merampungkan studi kelayakan bagi proyek lima kilang di lima negara Asia, dengan total kapasitas 1,1 juta barel per hari," tutur Seyed Kazam saat menghadiriacara Konferensi Minyak dan Gas Asia ke-12, di Kuala Lumpur beberapa waktu lalu.

Iran pun memiliki cadangan minyak dan gas yang begitu melimpah. Berdasarkan perkiraan Oil and Gas Journal pada 2006, negara itu memiliki cadangan minyak terbukti sebesar 132,5 miliar barrel. Produksi minyak Iran pada 2005 sudahmencapai 3,94 juta barel per hari (bph) setara dengan lima persen produksi minyak mentah dunia.

Oil and Gas Journal juga memperkirakan, Iran memiliki cadangan terbukti gas alam yang besar. Potensi itu membuat Iran menduduki posisi kedua setelah Rusia. Meski begitu, sekitar 62 persen kandungan gas alam Iran belum dikembangkan. Sebuah potensi yang luar bisa besarnya. (Republika, Kamis 4 Oktober 2007)

Read more