Konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina memberi efek bagi anak-anak di Gaza, Palestina. Umumnya, kebanyakan anak lelaki di sana bercita-cita menjadi anggota pasukan Al Qosam, salah satu sayap militer Hamas.
Sementara anak perempuan ingin menjadi dokter untuk mengobati warga yang menjadi korban serangan Israel.
Pernyataan para anak tersebut terangkum dalam sejumlah pertemuan yang dilakukan tim kemanusiaan Indonesia, Dompet Dhuafa (DD) yang kini berada di Gaza untuk menyalurkan bantuan tunai dan mendesain rencana bantuan dalam bentuk fisik.
Koordinator Tim Kemanusiaan DD Sunaryo Adhiatmoko menyatakan, peperangan yang terus terjadi menyebabkan anak-anak punya pandangan sendiri terhadap perang tersebut. Hal itu disebabkan suasana yang mereka alami selama ini serta kekacauan yang terus terjadi.
“Selama di Gaza, kita terus melakukan pertemuan dan diskusi untuk mendesain bantuan lanjutan yang sesuai untuk mereka, dari situlah kemudian terlihat lebih banyak hal yang dialami anak-anak di sana. Anak laki-laki inginnya menjadi anggota pasukan Brigade Al-Qosam, sayap militernya Hamas agar bisa melanjutkan perjuangan. Kalau anak perempuan ingin menjadi dokter guna menyelamatkan keluarganya yang terluka akibat serangan Israel,” ujar Sunaryo melalui telepon dari Gaza City, Sabtu (31/1/2009).
Anak-anak menjadi korban yang nyata dalam peperangan, selain itu kesulitan ekonomi yang dialami masyarakat berimplikasi langsung pada masalah kecukupan pangan dan kebutuhan pokok masyarakat. Blokade ekonomi menjadi persoalan besar.
“Misalnya gas. Selama ini gas bersumber dari Israel, nah selama masa serangan ini, pasokan gas dihentikan. Jadi untuk kebutuhan memasak, mereka menggunakan kayu bakar,” ujar Sunaryo.
Dalam kaitan jenis bantuan yang akan diberikan DD di Gaza, kata Sunaryo, pihaknya saat ini sejumlah rancangan kegiatan sedang dipertimbangkan. Setelah menyerahkan bantuan tunai senilai Rp 425 juta bagi para korban serangan Israel yang diserahkan melalui sayap sosial Hamas, dukungan logsitik dan rencana pembangunan fasilitas fisik.
“Di sini DD sudah memiliki sejumlah relawan lokal yang membantu melakukan sejumlah program DD. Jadi, misalnya pun kemanusiaan DD yang berasal dari Indonesia, sudah kembali ke Tanah Air, program itu tetap bisa berjalan,” kata Sunaryo. (detik)