JANGAN CEMOOH BUDAYA LAIN

JANGAN CEMOOH BUDAYA LAIN
Photo by Unsplash.com

Kalau masih keranjingan dengan budaya Barat, tak perlu menepuk dada mengklaim menjunjung budaya domestik. Proporsional sajalah!

Kalau masih memuja gaya hidup "serba bule", tak perlu mencemooh budaya bangsa lain demi mengunggulkan budaya domestik.

Tak ada budaya yang murni domestik dan hanya milik satu kelompok dalam masyarakat yang dibentuk oleh keragaman dan kesepakatan.

Di era Industri ke4 tak ada lagi budaya yang sakral, imun, unggul dan unik.

Sikap logis dan relevan adalah mempertahankan multikulturalisme tanpa memuja budaya sendiri dan tanpa mencela budaya bangsa lain.

Budaya setiap bangsa, suku dan etnik seaneh apapun di mata suku dan etnik lain tetap mulia dan harus dihormati.

Toleransi dan mutual respect tak hanya diperlukan dalam keyakinan dan agama namun diperlukan dalam semua zona, termasuk budaya.

Budaya berdiri sejajar dengan agama (sebagai produk persepsi penganut) dan sains. Akal sehat dengan UU logika adalah jurinya.

Bila budaya dimaknai sebagai semua produk persepsi, maka agama fenomenologis dan sain tercakup di dalamnya.

Semua budaya yang telah, sedang dan akan berlaku di Nusantara adalah Budaya Nusantara.

Read more