Cinta adalah yang pertama lahir, Ia adalah rahasia di balik harmoni alam.
Karena cinta, awan dan petir mengucurkan hujan. Karena cinta, serigala melolong, buaya menyimpan telur-telurnya, merpati mencumbu pasangannya dan ombak di laut berdebur mencapai tepi.
Cinta adalah kata yang paling banyak diucap namun sering pula dizalimi. bila tidak bergeser sasaran, tujuan dan alasannya. Cinta adalah cinta.
Dengan kata lain, Cinta haruslah proporsional dan tidak berlebihan, karena batas akhir cinta adalah benci.
Bila cinta kepadanya membutakan mata hati dan nalar, mencintainya adalah kezaliman. Bila mencintainya karena kecantikan, dia akan mencintai siapapun yang cantik. Bila mencintainya karena menganggapnya sebagai anugerah, maka pecinta akan merawatnya.
Banyak orang memahami cinta dengan mitos dan mindset wishfull thinking yang terpengaruh oleh imagi dalam lirik lagu dan adegan-adegan artifisial sinetron hingga menganggap cinta bisa menerjang etika dan logika.
Pria dan wanita sah bernikah tanpa syarat cinta. Yang lebih penting dari ungkapan cinta adalah pemenuhan syarat-syarat keabsahan pernikahan. Karena itu, cinta bukan DP hubungan tapi laba dari ujian kesetiaan dan bukti nyata dari perjanjian (akad).
Cinta suami kepada istri bukanlah sekadar ucapan “aku mencintaimu” tapi komitmen untuk menjalankan fungsi suami sebagai pelindung yang senantiasa menyediakan dadanya sebagai tempat mendaratkan manja dan keluhnya. Cinta istri kepada suami adalah komitmen untuk memainkan peran istri sebagai permaisuri di istana mini yang akan selalu menjaga kehormatan“raja”-nya.
Singkatnya, cinta dalam rumahtangga adalah pemenuhan tanggungjawab dan hak oleh kedua belah pihak yang tertuang dalam sebuah pakta (akad) yang serius dan suci.
“Aku mencintaimu” harus diterjemahkan “Aku akan melaksanakan tugasku sebagai pasangan (suami/istri).” Tanggungjawab adalah ekspesi yang simple namun tegas dan logis tentang cinta.
Dalam tradisi hubungan pria dan wanita, cinta bagi banyak wanita adalah kesetiaan dan bagi banyak pria adalah kepatuhan. Sering istana rumahtangga runtuh karena wanita gagal memberikan kepatuhan dan pria gagal memberikan kesetiaan. Cinta dalam etika hubungan adalah kepercayaan mutual.
Wanita/Istri menginginkan perhatian utuh. Pria/Suami menginginkan kepercayaan utuh. Perhatian dan kepercayaan menjamin kelanggengan hubungan. Kepercayaan istri dan perhatian suami melahirkan ketenangan hati pasangan dalam membina rumahtangga. Itulah cinta horisontal.
Banyak pria mencari istri yang dianggapnya cantik. Karena itu, banyak wanita baik yang diacuhkan. Banyak wanita mengidamkan suami yang mapan. Karena itu, banyak pria baik dilupakan. Sedikit orang yang menginginkan pasangan yang bisa menerimanya. Karena itu, angka perceraian terus meningkat.
Akhirnya, secantik apapun seorang wanita yang lestari adalah keanggunannya. Setampan apapun pria, yang abadi adalah kejujurannya.
Jangan takut nikah!
Jangan lebay soal cinta!