JEJAK AS DAN SEKUTUNYA SOAL PALESTINA
JEJAK AS DAN SEKUTUNYA SOAL PALESTINA
Trump mempercepat kejatuhannya dan kehancuran negara fiktif itu.
Terpilihnya Trump adalah bukti keculunan mayoritas rakyatnya.
Tanpa konsistensi rezim Saudi dan sekutunya dalam pengkhianatan, Israel takkan bertahan sampai hari ini.
Dalam kampanye pilpres badut ini memperlihatkan intoleransi. Maka kemenangannya adalah indikator intoleransi lebih dari setengah rakyatnya.
Puluhan kali AS memveto resolusi kecaman terhadap rezim rasis itu. Anehnya, masih banyak yang bersangka baik kepadanya.
Rezim zombie ini meminta AS mengakui Yerussalem sebagai ibukota demi menghindari jangkauan rudal Hezbollah yang sangat mengagungkan Quds.
Ajakan rezim hipokrit Riyadh menganggap Hezbollah sebagai organisasi teroris adalah prolog bagi keputusan majikannya.
Dengan menampilkan Turki sebagai model negara yang tegas mengecam Isarel namun mesra dengannya, AS berharap umat Islam bisa menerima rezim perompak itu.
Dengan mengelu-elukan Turki sebagai negara pengecam Israel yang bersahabat dengannya, AS berharap sikap tegas umat Islam cukup dengan verbalisme
Iran adalah satu2nya yang paling tegas bersikap terhadap Israel dan AS, tapi media sibuk mengekspos kecaman Turkti yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel bahkan latihan militer bersamanya.
Saudi dan saudara kembarnya mengeksploitasi dua kota suci untuk dijadikan tameng dari kemungkinan serangan.