JERIT TANPA SUARAMU

JERIT TANPA SUARAMU
Photo by Unsplash.com

JERIT TANPA SUARAMU

Angin ramah meniupkan rinai hujan mengusap lembut parasmu mematung di penghujung asa memilin bilur-bilur hati lebam.

Langkah-langkah kakimu merajut jejak kepedihan hingga depan gerbang lusuh taman tanpa bunga, balai pemancungan cinta.

Kau beriman kepadaNya. Mana mungkin Dia mengutukmu hanya karena kau terkulai dan asamu pergi mengejar angin.

Kau tak merasa perlu menengadah mengusung doa. Kau yakin mata kuyu, kristal-kristal hangat, gurat-gurat melintang dan napas tersengal adalah doa.

Tuhan mungkin melarang hamba-hamba-Nya sedih karena Ia "tak bisa sedih". Kau sedih bukan karena merasa kehilangan tapi justru karena merasa hilang.

Kicau jangkrik dan satwa-satwa malam di sekitar taman yang rimbun dan basah mengiris sepi menyadarkanmu yang sedang khusyuk menjahit imagi.

Menangislah bila mata air airmatamu belum mengering agar prahara itu terseret dan mengaliri pipi ranummu lalu menyegarkan tulip-tulip cintamu.

Fajar pasti menyingsing dan menyongsong pendar wajahmu esok. Yakinlah Tuhan takkan mengabaikanmu.

Hari-hari yang kau lalui sebatang kara adalah momentum memperkuat diri mandirimu. Yakinlah..

Read more