JIWA DALAM PSIKOLOGI FILOSOFIS DAN PSIKOLOGI SAINTIFIK
Filsafat metafisika menganggap jiwa sebagai entitas immaterial yang merupakan substansi pokok manusia sebagai makhluk hidup. Awalnya, jiwa terkait dengan kesadaran, pemikiran, emosi, dan identitas individual yang tidak dapat dijelaskan semata-mata oleh kerangka materialistik.
Sejarah psikologi dimulai dari zaman kuno dengan pendekatan-pendekatan filosofis tentang jiwa dan pikiran. Para filosof seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles membahas konsep jiwa, kesadaran, dan emosi serta aspek manusia yang tidak dapat dijelaskan secara materialistik. Namun, pada abad ke-19 dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan metode ilmiah, pendekatan psikologi mulai bergeser.
Pada awalnya, psikologi tetap mempertahankan fokus pada pemahaman tentang jiwa. Namun, pergeseran signifikan terjadi dengan lahirnya psikologi eksperimental oleh Wilhelm Wundt pada tahun 1879, yang menandai dimulainya psikologi sebagai ilmu eksperimental yang mempelajari proses mental. Wundt menggunakan metode eksperimen dan observasi empiris untuk memahami proses mental seperti persepsi, memori, dan emosi.
Selanjutnya, muncul tokoh-tokoh seperti Ivan Pavlov, John B. Watson, dan B.F. Skinner yang mengembangkan pendekatan behaviorisme dalam psikologi. Behaviorisme menekankan pada pemahaman dan prediksi perilaku manusia berdasarkan rangsangan eksternal dan respons yang teramati, tanpa memperhatikan proses mental internal. Ini membawa psikologi lebih jauh ke arah ilmu empiris yang fokus pada perilaku yang dapat diamati dan diukur.
Pergeseran selanjutnya terjadi dengan munculnya psikologi kognitif yang menekankan kembali pada proses mental seperti pemikiran, persepsi, dan memori sebagai objek kajian. Psikologi kognitif menggabungkan pendekatan eksperimental dengan fokus pada proses mental, sehingga membawa psikologi menjadi lebih terintegrasi antara aspek perilaku dan proses mental.
Saat ini, psikologi modern telah berkembang menjadi disiplin ilmiah yang beragam, termasuk cabang-cabang seperti psikologi sosial, psikologi perkembangan, dan psikologi klinis. Pergeseran fokus dari memahami jiwa sebagai entitas immaterial menuju studi perilaku manusia secara empiris, seperti respons fisik, kognitif, emosional, dan sosial, telah menjadi arah utama psikologi modern.
Meskipun psikologi perilaku tidak lagi memandang jiwa sebagai entitas transenden dan mungkin tidak lagi mengafirmasi eksistensinya, konsep jiwa dan dimensi-dimensi transendental masih menjadi objek kajian dalam cabang psikologi yang lebih holistik. Beberapa tokoh psikologi mempertahankan corak filosofis dalam psikologi, seperti psikologi transpersonal atau humanistik, yang memperhatikan dan mempelajari dimensi spiritual atau transendental dalam kehidupan manusia.
Perkembangan ini mencerminkan pergeseran pandangan manusia terhadap dunia, dari sudut pandang filosofis metafisika yang memandang realitas sebagai eksistensi berlapis dua material dan immaterial menuju pandangan dunia materalisme. Dari sini mungkin anggapan psikologi perilaku sebagai buah dari materialisme tidak sepenuhnya salah.
Evolusi psikologi dari pembahasan tentang jiwa menjadi ilmu empiris dan positif menciptakan dua model psikologi: psikologi filosofis dan psikologi saintifik yang empiris yang kini diajarkan di semua institusi pendidikan modern.
Psiklogi modern yang saintif dan empiris juga mengalami evolusi. Pergeseran objek studi dalam psikologi dari mempertimbangkan jiwa sebagai entitas yang imaterial ke fokus pada sistem syaraf sebagai entitas material dapat dilihat sebagai perkembangan dalam pemahaman ilmiah dan metodologi penelitian dalam bidang psikologi. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterbatasan pendekatan metafisika menuju persepsi mekanisme biologis dan neurologis dalam mengidentifikasi, memahami, dan menjelaskan perilaku individual melalui studi terhadap struktur syaraf.
Trend pergeseran objek dan metodologi psikologi metafisik ke psikologi empiris tidak berlaku di kalangan para filsuf dan metafisikawan yang hingga saat ini tetap mempelajari jiwa (psyco) sebagai entitas immaterial dan transenden. Karena itulah psikologi dapat dibagi dalam dua terminologi psikologi filosofis dan transenden dan pskilogi saintifik yang empiris dan positif.