Berbagai media massa dunia meliput pemberitaan tentang pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok yang menamakan dirinya Jundullah atau tentara Allah terhadap para sandera mereka yang lain adalah polisi dan tentara penjaga perbatasan Iran.
Kantor Berita Indonesia ‘ANTARA’ tak ketinggalan melaporkan berita ini. Berita dari Antara itu lantas menjadi rujukan media-media lainnya di Indonesia, termasuk Republika.
Sayangnya, nada dan alur pemberitaan itu sudah menyimpang dari masalah yang sebenarnya dan berbau provokasi untuk menebar fitnah sektarian antara Syiah dan Sunni. Contohnya, ketika menyebut kelompok penyandera dan pembunuh digunakan kata gerilyawan Sunni sementara yang disandera dan dibunuh adalah tentara pemerintah Iran yang Syiah. Padahal masalahnya tidak ada kaitannya dengan ke-Syiah-an pemerintah Iran dan ke-Sunni-an para penyandera.
Siapakah kelompok penyendera tersebut? Mereka adalah kelompok bersenjata yang dipimpin oleh seorang bernama Abdul Malek Rigi. Kelompok ini beraktivitas di daerah dekat perbatasan Iran-Pakistan di wilayah Sistan dan Baluchestan, wilayah yang sebagiannya berada di Iran dan sebagiannya lagi masuk wilayah Pakistan.
Kelompok Rigi terlibat dalam aktivitas penjualan obat bius dan kejahatan terorisme baik di dalam Iran maupun di Pakistan. Sindikat ini pula yang yang dimanfaatkan oleh AS untuk mengacaukan Iran, musuh nomor wahid bagi Washington. AS yang merasa tidak bisa menundukkan Iran berusaha mengacaukan Iran di dalam lewat kelompok-kelompok seperti Rigi dan berupaya keras membuat negeri berpemerintahan Republik Islam ini dikucilkan di dunia Islam dengan menuduh Iran melakukan diskriminasi terhadap minoritas agama dan madzhab. Tuduhan yang sama sekali tidak faktual.
Televisi Al-Arabia adalah salah satu media di tengah dunia Islam yang dimanfaatkan AS dan musuh-musuh Iran untuk misi ini. Wajar jika media ini lantas membuat wawancara dengan Abdul Malek Rigi yang bersekutu dengan AS, dengan memolesnya sebagai pahlawan pejuang bagi kelompok Sunni yang minoritas di Iran. Menggelikan sekaligus menyedihkan. (irib)