KAFIR FORMAL DAN MUKMIN INFORMAL

KAFIR FORMAL DAN MUKMIN INFORMAL
Photo by Unsplash.com

Apakah orang yang mengaku ateis atau agnostik itu kafir? Apakah orang yang tak beragama itu kafir? Apakah orang yang tak seagama itu kafir?

Bila kafir dimaknai secara netral sebagai penolakan, maka kafir bisa berkonotasi positif dan berkonotasi negatif mengikuti objek yang ditolak.

Bila kafir diartikan sebagai penolakan terhadap kebenaran tentang konsep ketuhanan dan agama karena keangkuhan atau kehendak kuasa, maka orang yang tak beriman karena tidak tahu atau tidak puas dengan penjelasan orang yang bertuhan tentang Tuhan dan penjelasan orang beragama tentang agama atau tentang agama tertentu tidak layak dianggap kafir.

Bila kafir dipahami sebagai lawan iman, maka orang tak beragama secara formal (sebagai sistem teologi dan institusi agama) bisa disebut kafir.

Tapi bila kebertuhanan dimaknai secara informal sebagai kesadaran tentang eksistensi sesuatu yang menjadi tujuan dan muara kemuliaan dan nilai-nilai keluhuran, maka yang beragama dan tak beragama, bahkan sebagian yang mengaku humanis, agnostik dan ateis bisa dianggap bertuhan.

Bertuhan secara formal belum tentu bertuhan secara aktual. Bertuhan secara aktual belum tentu bertuhan secara formal. Tolok ukur konkret kebertuhanan adalah prilaku, bukan klaim atau simbol semata. Tapi kebertuhanan sempurna adalah prilaku dan simbol.

Read more