KASIDAH DAN MUQAWAMAH

KASIDAH DAN MUQAWAMAH

KASIDAH DAN MUQAWAMAH

Mungkin sebagian atau sebagian besar orang mengira memuji sebagai cara terbaik mengungkapkan cinta kepada yang dipuji. Karena itu banyak orang berlomba memuji dengan bermacam cara, bahkan rela mengeluarkan biaya besar untuk itu.
Sebagian orang yang dipuji juga menganggap pujian sebagai cara dan bukti cinta. Meski pujian bisa menjadi cara mengungkapkan cinta bagi pecinta dan bukti cinta bagi yang dicintai tapi ia cara tunggal mengungkap cinta bukan pula dan bukti pasti cinta. Pujian kadang atau kerap menjadi teknik merayu bukan mencintai.

Uraian di atas berlaku dalam konteks cinta profan dan horisontal yang timbul dari dorongan naluri kedekatan juga libido. Dalam konteks cinta sakral dan vertikal, pujian bukanlah rayuan dan bukan pula ungkapan sejati cinta, karena yang dicintai tak memerlukan pujian dan tak memerlukan ekspresi verbal.

Ungkapan paling relevan bagi cinta sakral kepada Tuhan dan manifes-mannifesNya, terutama Muhammad SAW sebagai mata rantai kedua, adalah pelaksanaan apapun yang dikehendaki oleh yang dicintai. Fakta ironisnya, sebagian orang memilih pujian kepada Nabi, termasuk terfokus kepada aspek ragawinya seperti ketampanan wajah dan kegagahan posturnya, sebagai cara tetap dan tunggal mengungkapkan cinta.

Memuji-muji Nabi dengan aneka nasyid dan bermacam upacara perayaan sepanjang tahun dengan biaya yang besar, tentu baik sebagai ekspresi verbal cinta kepadanya, meski mungkin beliau tak memerlukannya. Tapi yang pasti, beliau lebih suka bila sebagian umatnya membela dan membantu sebagian lain umatnya yang digempur, dikepung, diusir dan dibantai.

Read more