Dari komentar-komentar yang masuk ke Go-Blog, saya menjadi mantap untuk bimbang. Betapa tidak? Nyaris tidak ada selisih prosentase antar kedua kubu, pendukung dan penentang.
Masing-masing menunjukkan apresiasi dan pendapatnya dengan ragam argumen dan gaya serta diksi yang bervariasi. Ada yang tidak setuju tapi tetap menyerahkan pilihan kepada saya. Ada pula yang tidak setuju sembari memberikan semacam warning. Sementara di kubu pendukung, ada yang mengingatkan saya tentang pentingnya melakukan sedikit upaya dalam perjuangan politik dan seterusnya.
Walhasil, sembari mengucapkan terimakasih, semua komentar, sejauh ini, masih membingungkan saya. Komentar-komentar dari silent visitor seperti General Manager Penerbit Rajut, Bos Pustaka Zahra, dan lainnya masih ditunggu agar memenuhi standar pertimbangan sebelum dijadikan dasar keputusan.
Bagi yang kelewatan dan ingin memberikan komentar, silakan baca sebagai posting berjudul “Jadi Caleg, Aku antara Ibrahim dan Musa” sebagai berikut:
Sekarang saya benar-benar bingung karena terlanjur mengiayakan ajakan teman untuk mendaftarkan diri sebagai caleg DPR dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Pada dasarnya perjuangan dalam bidang politik bukanlah sesuatu yang pasti buruk atau pasti baik, karena politik bersifat netral. Ia bisa menjadi baik bahkan sangat berguna bila diperjuangankan dengan cara yang benar dan bertanggungjawab. Adikku, Musa, ada di kubu ini.
Kini teman-teman saya terbagi dalam dua kubu. Sebagian sangat mendukung, mendoakan bahkan ada siap menjadi relawan dan tim sukses. Benar-benar mengharukan. Tapi dalam jumlah yang sama sebagian teman tidak mendukung bahkan menyesalkan keputusan saya untuk terjun ke dunia politik yang dinilainya kotor dan tidak bisa diharapkan. Ibrahim, adikku, kakak Musa dalam kubu ini. Dia malah mengusulkan saya untuk menjadi seorang profesional.
Saya sekarang bingung di hadapan dua pilihan tersebut. “Menjadi anggota parlemen di Indonesia mahal harganya,” kata temanku. Maksudnya, kalau tidak mengeluarkan dana diatas 100 juta (ukuran paling irit), dijamin akan KO.
Aduh… gimana ya? Andaikan punya 100 juta, aku tidak akan mau mengeluarkan untuk mencari suara, apalagi memang tidak tidak punya..? Tapi, memperjuangkan misi perjuangan melalui arena politik bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan, apalagi posisi nomer 2 yang diberikan oleh DPP PAN untuk daerah pemilihanku di Jatim IV (Jember dan Lumajang) terlalu sayang untuk ditinggalkan.
Bagaimana menurut Anda? Saya benar-benar sedang bingung dan menunggu masukan teman-teman pengunjung Go-Blog.