SAKRALNYA "ULAMA" DALAM UMAT KATOLIK

SAKRALNYA "ULAMA" DALAM UMAT KATOLIK
Photo by Kai Pilger / Unsplash

Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus telah tiba di Indonesia hari ini, Selasa (3/9).

Dalam moment penting bagi rakyat Indonesia, terutama umat Katolik, izinkan saya membuat coretan kecil.

Meski tak sepi dari doktrin eksklusif dan mengalami deviasi serta friksi akibat intervensi politik kotor sebagaimana agama-agama pada umumnya, teologinya bukan gertak teks klerik tapi diskursus filsafat logika, etika, ontologi, kosmologi dan liturgi yang diajarkan dalam stoa-stoa skolastik oleh para bijakawan ternama, seperti Anselmus, Agustinus, Aquinas, Scotus dan lainnya. Beberapa teolog modern di Indonesia cukup mengundang respek saya, antara lain Romo Magnis Suseno dan Romo Mudji Sutrisno, juga beberapa agamawan aktivis seperti Romo Mangun Wijaya dan Romo Sandiawan.

Tak hanya mengajarkan kasih, agama ini punya sumber spirit resistensi terhadap kejahatan dan penindasan dalam epos-epos agung. Salib bukan sekadar dua batang kayu yang disilangkan tapi diyakini sebagai simbol pengorbanan dan perlawanan terhadap kejahatan serta kuasa rakus yang menciptakan kebencian antar sesama penyembah Tuhan. Beberapa nama agamawannya diabadikan sebagai ikon perjuangan, seperti Cardinal Sin, inspirator people power rakyat Filipina yang menggulingkan diktator Marcos, Desmont Tutu yang mensupport Mandela menghapus Apartheid di Afsel, Uskup Gustavo Gutierrez, pejuang Teologi Pembebasan di Peru dan banyak lagi lainnya.

Agama ini menetapkan kriteria-kriteria ketat kompetensi dalam hierarki otoritas yang rapi dan megah. Ini adalah skor besar yang tak bisa dikejar oleh agama lain yang mengganti sistem pendidikan para agamawannya dengan pemujaan dan kultus yang dibangun di atas fosil folklor, dongeng kesaktian yang terus digemakan dan testimoni mimpi tak terjangkau nalar.

Tak hanya itu, proses pembentukan hierarki kewenangan dalam agama ini dimulai sejak dini melalui serangkaian jenjang edukasi. Upacara pengangkatan santo atau orang suci demi diselenggarakan mengamankan agama dari distorsi akibat tak adanya parameter dan syarat ketat pemegang otoritas. Inilah yang melahirkan kepatuhan dan kerapian umatnya di mana pun berada.

Umat Katolik sebagai entitas komunal memiliki struktur hierarki yang kuat dan terorganisir dengan baik. Sistem kepatuhan sentralistik, general, dan gradual yang diterapkan membentuk tatanan suci atau hierarki Gereja Katolik.

Berikut adalah beberapa poin penting terkait struktur kepemimpinan dalam Gereja Katolik:

  1. Dewan Para Uskup yang dipimpin oleh Paus
    Dewan para Uskup adalah jantung dari struktur kepemimpinan Gereja Katolik dan merupakan pengganti dari dewan para rasul dua belas. Para Uskup, dengan Paus sebagai kepalanya, memegang peran penting dalam memimpin Gereja dan mengambil keputusan penting terkait ajaran dan tata kelola gereja.
  2. Uskup
    Uskup adalah jabatan suci yang diberikan kepada individu yang telah menerima sakramen tahbisan tingkat ketiga. Mereka memiliki tugas pokok untuk mempersatukan umat dan menjaga kebenaran ajaran Gereja. Paus, sebagai Uskup Roma di Vatikan, memegang peran penting sebagai kepala dewan para Uskup dan pemersatu seluruh umat Katolik.
  3. Imam
    Imam adalah mereka yang telah ditahbiskan oleh Uskup atau menerima sakramen tahbisan tingkat kedua. Mereka bertindak sebagai pembantu Uskup dalam menyebarkan ajaran dan memimpin umat secara rohani. Kewenangan imam bersumber dari Uskup dan mereka tunduk pada kebijakan dan arahan yang ditetapkan oleh uskupnya.
  4. Diakon
    Diakon adalah tingkatan hirarki yang lebih rendah dibandingkan dengan Uskup dan Imam. Mereka menerima sakramen tahbisan pertama dan bertugas sebagai pembantu dengan tugas terbatas. Para diakon membantu dalam pelaksanaan tugas-tugas gerejawi dan juga merupakan bagian dari struktur hirarki Gereja Katolik.

Selain itu, terdapat juga jabatan Kardinal dalam struktur Gereja Katolik. Kardinal merupakan uskup yang diberi tugas khusus, termasuk dalam memilih Paus baru jika diperlukan. Mereka membentuk Dewan Kardinal yang berfungsi sebagai penasihat bagi Paus. Meskipun bukan jabatan hirarkis, kardinal memiliki peran penting dalam tata kelola Gereja.

Demikianlah struktur kepemimpinan dalam Gereja Katolik yang melibatkan para Uskup, Imam, Diakon, dan Kardinal. Setiap tingkatan dalam struktur hirarki Gereja memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing untuk memastikan kelancaran dan kesakralan dalam menjalankan ajaran Gereja Katolik.

Lalu coba bandingkan dengan hiruk pikuk kegaduhan umat di luar mereka yang tak lelah saling menghina, pongah dan tak ramah. Lihatlah lomba klaim otoritas dan klaim keunggulan tanpa kredensi dan integritas.

Terlepas dari keberatan-keberatan teologis terhadap sejumlah keyakinannya, saya tak berdaya untuk tak mengagumi agama ini.

Read more