KEARIFAN PBNU
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menegaskan. Kementerian Agama (Kemenag) milik semua agama. Kemenag, ungkapnya, didirikan untuk memfasilitasi kepentingan umat beragama.
"Kemenag milik semua agama dan harus memfasilitasi semua agama," tegas Yaqut, dikutip dari siaran persnya, Selasa (26/10).
Penegasan ini dimaksudkan untuk meluruskan pernyataannya beberapa hari lalu yang menuai kontroversi di ruang publik. Sebagian besarnya malah menentang keras.
Tentu saja, tak perlu cerdas-cerdas amat untuk tahu bahwa Kementerian Agama termasuk institusi penting negara. Kementerian ini didirikan sebagai ejawantah dari amanat konstitusi negara, yaitu melayani masyarakat multi agama dan keyakinan, bukan sebentuk hadiah. Apalagi hadiah untuk kelompok tertentu.
Seyogianya menteri agama menjaga jarak dengan keyakinan pribadi dan afiliasi organisasinya. Ini agar ia benar-benar mengayomi secara adil dan proporsional semua kelompok keyakinan dan ormas keagamaan.
Banyak pihak dan lembaga yang menanggapi kritis pernyataan Yagut bahwa Kemenag adalah hadiah untuk NU. Sebab, komentar itu dinilai kontraproduktif dan bahkan diskriminatif yang berpotensi menyulut kecemburuan sosial.
Syukurlah, di tengah keruhnya polemik di ruang publik itu, menyeruak sikap jernih dari PBNU, ormas yang Menag juga menjadi salah satu kadernya.
Melalui Sekjennya, Helmy Faishal Zaini, PBNU langsung memberi bantahan. NU, ujarnya, memang punya peran penting dalam penghapusan tujuh kata Piagam Jakarta saat dituang ke dalam Pancasila. Tapi, hal itu tak otomatis membuat NU diistimewakan secara birokratis. Menurut Helmy, pernyataan Kemenag itu hadiah negara untuk NU sepenuhnya pendapat pribadi Yaqut. Hanya saja, sangat disayangkan jika pernyataan itu keluar dari seorang menteri.
PBNU telah memberi keteladanan kepada publik dalam konteks kenegaraan. Sekalipun menteri, tokoh publik, dan kadernya, jika pernyataannya tidak sesuai dengan konstitusi, maka PBNU tidak segan-segan untuk menyikapi, mengritik, hingga membantahnya.
Bantahan PBNU yang disampaikan Helmy Faishal Zaini itu jelas-jelas mencerminkan kearifan dan sikap fair sekaligus komitmen atas visi kebhinnekaan yang terbilang luar biasa.
Bila tak dibantah, kemungkinan besar pernyataan kontroversial Menag itu akan jadi bahan gorengan banyak pihak yang mendengki ormas terbesar yang gigih mendukung NKRI dan Pancasila ini. Terlebih oleh kawanan penjaja komoditas khilafah.
Melalui bantahan ini, PBNU berharap polemik disudahi sekaligus memberi catatan penting bagi pemerintah, terutama para menterinya, agar lebih mengedepankan visi dan misi kenegarawanan.
Terlepas dari kontroversi itu, sikap elegan PBNU mengingatkan kita akan jasa mendiang Gus Dur. Salah satu bukti kejeniusannya adalah meramu dan memadukan ortodoksi teologis dengan kreativitas intelektual lintas keyakinan.
Tokoh bernama lengkap Abdurrahman Wahid itu sukses menghadirkan NU tak lagi semata representasi satu pemikiran keagamaan (Islam) dan kemazhaban (Sunni). NU di masanya menjadi wadah umat dengan kekhasan sekaligus spektrum pemikiran kemanusiaan, keumatan, dan kebangsaan yang relevan, kontekstual, dan dinamis.