KECANDUAN GOSIP POLITIK

KECANDUAN GOSIP POLITIK
Photo by Unsplash.com

Jangan menghina Presiden. Jangan mencemooh Gubernur.

Data yang dipilih itulah yang mengarahkan sikap pro atau kontra seseorang dalam polemik politik ala sinetron "tersanjung" ini.

Dalam demokrasi Presiden atau Gubernur dipilih bukan karena kefasihan pengucapan lafad dalam shalat, bahkan bukan karena shalatnya.

Presiden, Gubernur, Bupati sampai Kades adalah orang yang dipilih karena dianggap mampu dan mau menjadi administrator, bukan imam.

Nikmatilah data anda tentang salah ataubenarnya kebijakan Presiden dan Gubernur. Simpanlah sebagai bahan memilih dalam pilpres dan pilgub mendatang. Kini sibuklah dengan diri dan keluargamu juga orang-orang yang layak dibantu.

Kecanduan gosip politik dan polemik seputar kekuasaan adalah akibat minimnya atau pudarnya sadar tanggungjawab individual.

Data yang dilaporkan pengamat atau lembaga tentang salah dan benarnya kebijakan presiden atau gubernur atau lainnya bukanlah wahyu.

Anggapan orang lain tak mengetahui data yang diperolehnya adalah pemantik gelora membabibuta dalam polemik politik melelahkan ini.

Anggapan orang lain tak mengetahui info yang diterimanya adalah pemantik gelora membabibuta dalam menshare analisa-analisa memihak.

Di era internet ini data bukan harta karun. Semudah itu anda memperolehnya, semudah itu pula orang lain menggugurkannya. Tak perlu ngotot.

Mungkin seperempat penduduk adalah pengamat politik dan timses.

Setiap pengamat partikelir ngotot meyakinkan orang lain dengan opini politik stereotype berbekal tulisan di sebuah situs. WAG pun bergemuruh.

Read more