KEMBALI DARI KARBALA

KEMBALI DARI KARBALA
Photo by Unsplash.com

KEMBALI DARI KARBALA

Ranting zaitun di hamparan sahara bergoyang bergesekan bak biola melengking melejitkan himne, sebuah berita duka...

Angin kering melesat menerbangkan desau sendu menerpa gerbang Madinah hingga altar suci pusara Sang Nabi.

Warga bergumam, meninggalkan pasar dan ladang berhamburan menuju gerbang kota menyongsong. Kafilah putri-putri Muhammad melintas.

Kepala-kepala berjajar itu serempak merunduk resah menghormat kilau wibawa iringi derap kaki-kaki kuda menuju beranda Masjid Nabi.

Khalayak makin ramai berjejal membentuk lorong hingga Masjid.

Tangis haru bersinambung. Kafilah bergerak maju membelah kerumunan.

Dewi-dewi Karbala turun dari punggung kuda dan ayunkan langkah-langkah lamat. Warga bergerak penuh khidmat dalam pawai hitam pekat

Angkasa menghitam. Sejarah memerah. Gelombang tangis berdebur. Iringan berhenti di ambang kawasan pusara suci.

Ada upacara khusus.

Ada pelepasan rindu disana.

Ada batu retak digenggaman tangan kurus itu.

Ada yang roboh meraung-raung mengeluhkan lara.

Ada yang merangkak lunglai menggapai pusara.

Ada yang bergulung-gulung di samping kakeknya.

Ada bidadari pingsan di sana.

Ada yang kehabisan kata dan air mata.

Ada merpati luka tergeletak di sana.

Ada danau air hangat berderai depan nisan.

Ada tembang aneh mengalun lirih di biliknya.

Ummu Kultsum roboh di depan makam Nabi dan merintih:

“Salam sejahtera padamu! Oh, betapa kami tersiksa oleh rindu kepadamu! Aku adalah seorang wanita tanpa pelindung! Bawalah aku bersamamu!”

Sukainah memeluk pusara seraya mengadu:

“Salam sejahtera atasmu, Rasulullah! Kami sungguh kesepian dan sengsara! umatmu telah membunuh putramu dan menganiaya putri-putrimu!"

Zainab lunglai memeluk makam seraya memekik pilu:

“Salam rindu padamu! inilah wanita-wanita keluargamu! Kami datang mengadukan derita! Al-Husain, cahaya hati dan matamu, telah diinjak-injak ratusan kaki kuda di Karbala! Al-Husain telah dipenggal. Lehernya digorok perlahan-lahan. Sorbannya telah dikoyak-koyak, dan jubahnya telah dilucuti oleh orang-orang yang mengaku sebagai umatmu. Kami datang untuk mengadu dan menyampaikan bela sungkawa kepadamu, kepada az-Zahra, kepada Amirul Mukminin!”

Meledaklah tangis khalayak di altar Masjid. Fitrah berkabung. Takbir membahana bersusul pekik Inna lillah wa inna ilaihi raji‘un

Itulah sekelumit bagian akhir dari episode DEWI-DEWI SAHARA KARBALA dalam buku HUSAIN KSATRIA LANGIT (Edisi yang disempurnakan)

Read more