KEMENANGAN POLITIK HEZBOLLAH ATAS FAKSI PRO SAUDI

KEMENANGAN POLITIK HEZBOLLAH ATAS FAKSI PRO SAUDI
Photo by Unsplash.com

Krisis multidimensi sedang melahap Lebanon. Biang keladinya apalagi kalau bukan korupsi gila-gilaan plus teror ekonomi rezim arogan AS. Pemerintah sukses melanjutkan kegagalan.

Bukannya ksatria minta maaf, Perdana Menteri Najib Mikati malah sibuk berkhayal dan alihkan perhatian publik. Amerika dan jongos-jongos monarki Arabnya yang ikut menenggelamkan Lebanon dalam krisis, malah dipercaya janji kosongnya.

Lebih lagi, Mikati getol mencibir inisiasi Hezbollah mendatangkan minyak dari Iran. "Pelanggaran kedaulatan Lebanon membuat saya sedih," katanya kepada CNN dalam sebuah wawancara, menurut kantornya dalam secarik postingan Twitter.

Padahal, sebagaimana ditegaskan Sekjen Hezbollah, Sayyid Hasan Nasrallah, minyak impor dari Iran itu akan didistribusikan ke seluruh rakyat yang resah karena kelangkaan BBM. Oknum sekutu faksi Mostaqbal yang dekat dengan Saudi itu sendiri tak punya tawaran alternatif. Alih-alih berterimakasih atas langkah positif itu, ia malah menuding Hezbollah mempermalukan Lebanon.

Tak hanya berhenti di situ. Ia kembali berceloteh tendensius. "Tetapi saya tidak khawatir sanksi dapat dikenakan" pada Lebanon, sinisnya. "Sebab, operasi itu dilakukan tanpa keterlibatan pemerintah Lebanon."

Sinisme Mikati melukiskan kebencian sektarian sejumlah oknum politisi pro Saudi. Faktanya, para oknum itulah yang justru menciptakan krisis politik dan ekonomi negaranya. Demi cuci tangan, mereka pun ramai-ramai menyalahkan Hezbollah, kelompok perlawanan Islam yang mengusir rezim zionis "Israel" dari wilayah selatan negaranya.

Sejak kemenangan Hezbollah pada 2005 itu, Amerika, rezim zionis, dan monarki Saudi mulai kasak-kusuk. Segala upaya mereka kerahkan untuk melemahkan posisi Hezbollah di Lebanon. Propaganda, fitnah, dan embargo pun diobral. Targetnya, senjata Hezbollah dilucuti. Apalagi para bos kolonial zionis kian cemas menyaksikan kian populer dan perkasanya Hezbollah di Lebanon, bahkan di kawasan Timur Tengah.

Anjing menggonggong, kafilah terus melenggang, begitu kata pepatah. Kemarin, minyak impor dari Iran sudah tiba di Lebanon setelah sukses menembus blokade ekonomi yang diterapkan rezim arogan Amerika Serikat. Rakyat menyambutnya dengan kegembiraan yang luar biasa. Keberhasilan ini adalah pukulan telak kesekian kali di wajah AS dan sekutunya, terutama rezim zionis dan Saudi.

Layak dicatat bahwa Hezbollah bukan negara, melainkan sekadar kelompok perlawanan sub-negara Lebanon. Bayangkan, apa jadinya jika rezim arogan Amerika Serikat cs tetap nekat berhadapan dengan suatu negara, apalagi sekelas Republik Islam Iran?

Read more