KESEMPURNAAN FATIMAH
Muhammad SAW adalah manifestasi Allah. Ali AS dan Fathimah AS adalah manifestasi kewibawaan dan keanggunan Muhammad SAW.
Fatimah Zahra adalah potret sempurna wanita yang memiliki dua kategori kemuliaan. Salah satunya adalah anugerah sebagai puteri nabi termulia.
Kemuliaan Fatimah sebagai puteri nabi termulia adalah anugerah, dan penyebab kemuliaan itu adalah ayahnya SAW. Karena itu anugerah hubungan kekeluargaan adalah kemuliaan aksidental.
Kendati merupakan anugerah, hubungan biologis sebagai puteri nabi menjadi prestasi karena dia merawat dan mensyukurinya dengan meng-ganda-kan tanggungjawab pengamalan ajaran ayahnya.
Fathimah Zahra sempurna sebagai puteri, isteri dan ibu juga pemimpin, kombinasi dua karakter prima penyabar dan penyadar, lembut sekaligus dan berwibawa.
Kemuliaan utamanya adalah posisinya sebagai teladan sempurna bagi wanita semesta sebagai hasil jerih payah dan ketakwaannya yang optimal. Inilah kemuliaan esensial yang merupakan semata-mata prestasi.
Andai tidak ada Fathimah Zahra, tak ada potret sempurna perempuan. Andai tidak ada potret sempurna perempuan, tak ada parameter kesempurnaan perempuan. Andai tak ada parameter kesempurnaan bagi perempuan, posisi perempuan adalah absurd.
Nabi menyayanginya sebagai puteri dan menghormatinya sebagai “perempuan suci”.
Kesyahidannya mengkonfirmasi kesempurnaannya.
Atas dasar kemuliaan anugerah sebagai puteri nabi termulia, Fatimah disayang oleh ayahnya. Atas dasar kemuliaan sebagai manusia suci yang telah melaksanakan tugas mulia sebagai teladan abadi kaum wanita sepanjang masa dengan segala deritanya, Fatimah dihormati oleh ayahnya. “Fatimah adalah ibu bagi ayahnya.” (Maqatil Ath-Thalibiyyin hlm.29).
Hubungan darah dengan Nabi SAW sebagai puteri Nabi adalah anugerah yang merupakan kemuliaan aksidental karena Nabi termulia, bukan prestasi. Meskipun hubungan darah dengan Nabi SAW adalah anugerah, bukan prestasi, tapi menjaga dan mengharumkannya dengan kebaikan dan ketakwaan adalah prestasinya.
Kita wajib menghormati dan memuliakan Fatimah karena kemuliaan aksidentalnya sebagai puteri Nabi dan kita mengagungkannya karena kemuliaan utama dan esensialnya sebagai teladan suci seluruh wanita. “Fatimah adalah Fatimah”. (Syariati).