Menolak akal sebagai pedoman dengan alasan menjadikan kitab suci sebagai pedoman tanpa akal berarti menganggap karunia akal sebagai sia-sia. Inilah penodaan.
Bila tidak ada manusia sempurna, sedangkan yang pantas disebut manusia sejati -dengan fitur-fitur yang canggih- adalah manusia sempurna, maka yang benar-benar ada hanya manusia-manusia tak sejati.
Bila setiap manusia pasti tidak sempurna, berarti manusia adalah “produk gagal”.
Bila tidak ada manusia-manusia suci, maka contoh sempurna produk ajaran ini tidak akan pernah ada.
Bila tidak ada manusia-manusia sempurna -sebagai manusia-, maka Tuhan hanya menciptakan makhluk yang mirip manusia.
Karena meyakini keniscayaan adanya orang2 suci, agama ini tidak akan pernah dinodai oleh siapapun dari penganut dan selain penganutnya. Karena meyakini itu, sekelompok orang penganut agama ini tidak pernah panik mencari-mencari figur teladan.
Karena keberadaan manusia-manusia suci yang merupakan model ajaran agama ini, sekelompok orang penganut agama ini tidak akan pernah kecewa melihat prilaku buruk dan pandangan-pandangan salah orang-orang yang dianggap agamawan seberapapun jumlah mereka.