KHAWARIJ BUKAN KELOMPOK KETIGA

KHAWARIJ BUKAN KELOMPOK KETIGA
Photo by Unsplash.com

Yang beredar dan diterima oleh mayoritas masyarakat Muslim sepanjang sejarah adalah opini bahwa khawarij adalah kelompok ketiga yang memusuhi Imam Ali juga memusuhi Muawiyah. Anehnya, Khawarij tak membunuh Muawiyah dan tak melakukan pemberontakan terhadap rezim Bani Umayyah.

Muawiyah adalah politikus super cerdik bersama Amr bin Ash dan kronoinya yang sebelumnya punya kesamaan dalam dendam, menuduh Imam Ali AS sebagai dalang pembunuhan Utsman. Dengan dalih itu, Muawiyah, yang pernah jadi gubernur pada masa khalifah kedua dan ketiga merongrong kepemimpina Ali AS. Demi memuluskan tujuannya, setelah banyak umat terpengaruh fitnah dan money politic, Muawiyah merasa kuat untuk memposisikan Ali dan pengikutnya sebagai kelompok sesat karena stigma anti Quran, menggulingkan kepemimpinanya.

Karena tak terpancing dan masuk perangkap konspirasi, Ali tak terbunuh. Karena ingin membebaskan diri beban tuduhan membunuh pemimpin yang sah (khalifah keempat) agar agendanya merebut kekuasaan tak terkendala, diciptakanlah kelompok serdadu lapis dua dengan topeng teologi skriptual.

Dia dan kroninya terlalu cerdas dan terlalu kaya untuk tidak membuat gerombolan bayangan ini. Dengan strategi ini, konsentrasi Ali yang kekurangan logistik dan pasukan setia, diharapkan terpecah.

Sejarah modern mestinya menyadarkan kita bahwa para elit culas merebut kekuasaan dan mempertahahkannya dengan rekayasa opini masyarakat melalui manipulasiteks palsu (hoax), provokasi umat dengan isu agama. Elit jahat selalu membuat proxy dan kelompok pelapis sebagai ujung tombak rencana kotor. Terbunuhnya Ali AS dengan pedang si Ibnu Muljam yang dicap sebagai khawarij menjadi alibi kuat bagi Muawiyah. Putra Abu Sufyan lolos. Sidik jarinya tak ditemukan dalam tragedi itu. Dia pun dielu-elukan sebagai sahabat yang adil dan diberi medali "keridhoan".

Jelaslah, khawarij bukan kelompok ketiga yang secara simsalabim tiba-tiba menjadi sebuah kelompok solid dan kuat. Tak ada pihak ketiga antara keluhuran dan kekejian. Ini aksioma. Info-info sejarah yang menabrak logika hanyalah sampah.

Menyoroti dalang dan kreatornya tak berarti menafikan eksistensi kelompok ini.

Read more