KONSISTENSI
Logika menitikberatkan pada argumentasi guna memvalidasi setiap pikiran yang diekspresikan dari pernyataan dan tindakan, siapapun subjek pelakunya.
Anti logika menggunting dan melompati proses argumentasi lalu mengganti plkiran dengan preferensi atau selera dan keuntungan "umpan balik", termasuk ketenaran atau posisi politik, agama dan modal subjek pelaku.
Konsistensi logis yang berdiri di atas aksioma yang berlaku umum berbeda arah dengan konsistensi primordial yang dibangun di atas pertimbangan pragmatis, preferensi personal dan keberpihakan delusional (baca : fanatisme).
Karena itulah, pihak yang konsisten pada preferensi dan keberpihakan stereotip sebagai parameter kebenaran seolah terlihat lebih konsisten dari yang menjadikan logika sebagai parameter kebenaran, bahkan kadang terlihat inkonsisten.
Singkatnya, konsistensi irrasional adalah fanatisme, dan inkonsistensi irrasional adalah pragmatisme. Konsistensi tak selalu baik dan benar. Inkonsistensi tak mesti buruk dan salah. Argumen valid adalah kompas abadi.