KORBAN PENYANJUNGAN
Jangan menyanjung orang dan menghormatinya secara berlebihan (alias tak proporsional dan tak sepadan dengan kualitas pikiran dan tindakan). Bila menjadi congkak karena perlakuanmu, sadarlah bahwa dia adalah korbanmu. Koreksi dirimu. Periksa doktrin irrasional yang terlanjur kau telan mentah-mentah. Jangan hanya mengecamnya dengan alasan kecewa. Kecam pula dirimu yang telah menjadi penyuplai bekal kesombongan untuknya.
Jangan pula menyanjung orang dan menghormatinya secara berlebihan dengan tujuan dia membalas dengan melakukan hal sama terhadapmu. Penyanjungan tak dilakukan oleh orang yang merasa setara. Penyanjunganmu terhadapnya dipahaminya sebagai pemberian izin menghinamu. Itu artinya dan kelompok penyanjung memang menghinakan diri.
Karena orang yang kau sanjung merendahkanmu, jangan malah sibuk menyalahkan orang-orang yang sejak semula tak ikut-ikutan menyanjungnya. Jangan seenaknya mengecam orang-orang yang tak menyuruhmu menyanjung mereka. Jangan pula mencari kambing hitam demi mengalihkan perhatian orang lain dari jejak peranmu dalam membentuk perilaku dan sikap sombongnya. Jangan menutupi kebodohan dengan keculasan meluaskan area kecaman dan memasukkan orang-orang tak merendahkanmu sebagai sasaran kebencianmu, karena itu jauh lebih nista dari sombong. Menyesal karena jadi bodoh lebih mulia dari pada bangga jadi pandai padahal bodoh.
Jangan keburu bangga karena usahamu memperluas area fitnah terlihat berhasil mempengaruhi sejumlah orang yang mendukungmu, karena mereka sejak semula kembaran karakter dan perilakumu. Mereka tak terpengaruh oleh caramu tapi menemukan kesamaan denganmu. Sadarlah bahwa di luar orang-orang yang mendukungmu ada lebih banyak orang yang justru bersyukur atas karunia hati nurani dan akal sehat karena membandingkanmu dengan orang-orang yang memihak kebaikan bukan karena ingin disanjung tapi karena bersikap baik adalah prestasi kemanusiaan.