KRISIS EMPATI
KRISIS EMPATI
Saat ini, dalam era persaingan yang berbatas (finite competition), muncul paradigma "aku melawan engkau, kita melawan mereka," di mana akhirnya hanya ada dua kemungkinan: menang atau kalah, tanpa kemungkinan situasi menang-menang. Zaman saat ini menuntut kesuksesan diukur berdasarkan kriteria materialistik.
Perubahan sosial, politik, ekonomi, dan bisnis berlangsung sangat cepat dalam era ini, yang menuntut kita untuk beradaptasi dengan cepat agar bisa bertahan. Waktu yang terbatas tidak memberikan kesempatan untuk berkontemplasi, bertanya siapa diri kita sebenarnya, dan apa yang sebenarnya kita inginkan dalam hidup.
Perkembangan teknologi yang memungkinkan output yang cepat membuat kita merasa bahwa kesuksesan yang cepat bisa dicapai dengan mudah. Karena itu, banyak masalah harus diselesaikan dengan segera, sehingga proses yang benar dan berjenjang terasa sudah tidak relevan.
Kondisi information overload malah membuat manusia sulit memahami suatu isu secara benar dan mengambil keputusan yang efektif. Kesulitan untuk mengakui kesalahan, kekeliruan, atau ketidaktahuan bertambah fatal, sehingga banyak orang terus berlari mengikuti arus zaman tanpa arah yang pasti.
Semua hal di atas membuat empati menjadi hal yang sulit dilakukan dan sering diabaikan. Manusia cenderung menyukai hal yang aman dan mudah, sehingga berempati dianggap berbahaya dan tidak praktis dilakukan.
Krisis empati dalam interaksi sosial merupakan masalah yang mendalam dan relevan dalam konteks masyarakat saat ini. Empati, sebagai kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan serta pengalaman orang lain, memainkan peran kunci dalam membangun hubungan yang bermakna dan mengembangkan rasa solidaritas dalam masyarakat. Namun, dalam kondisi kompetisi terbatas dan mindset "the others" yang kuat, empati sering kali terganggu atau bahkan hilang dalam interaksi sosial.
Dalam situasi kompetisi terbatas, di mana sumber daya atau pengakuan tampaknya terbatas dan harus bersaing untuk mendapatkannya, orang cenderung lebih fokus pada kepentingan pribadi dan melemparkan perasaan empati terhadap orang lain ke belakang. Mentalitas "saya melawan mereka" dapat menghalangi kemampuan kita untuk memahami dan menghargai pengalaman orang lain. Hal ini dapat menghasilkan ketidakpedulian, persaingan berlebihan, konflik sosial, dan merusak hubungan antar individu.
Di era interaksi virtual, di mana komunikasi sering kali dilakukan melalui layar dan filter digital, krisis empati bisa semakin diperparah. Ketika "the others" dianggap sebagai entitas anonim atau jauh dari realitas fisik, kita mungkin kehilangan kemampuan untuk membayangkan dan merasakan pengalaman mereka. Interaksi melalui media sosial atau platform digital juga dapat memperkuat polarisasi dan perpecahan, sehingga memperkuat mindset "us vs them" yang merugikan empati.
Untuk mengatasi krisis empati dalam interaksi sosial, terutama dalam dunia virtual yang semakin mendominasi, penting untuk meningkatkan kesadaran diri tentang pentingnya empati dan keterlibatan aktif dengan orang lain. Praktik kesadaran, mendengarkan secara empatik, dan membangun jembatan komunikasi yang inklusif dapat membantu merangsang empati dalam interaksi sosial. Menggali motif, nilai, dan perspektif bersama juga dapat membantu mengatasi pembatasan kompetisi terbatas dan memperkuat koneksi antar individu.
Berempati membutuhkan keberanian untuk memiliki paradigma "Aku mungkin salah." Hal ini juga membutuhkan kesabaran untuk mendengarkan, mendengar bukan hanya untuk mencari kesalahan orang lain, tetapi untuk memahami. Empati juga membutuhkan kekuatan mental dan keberanian untuk memosisikan hati kita sejajar dengan orang lain.
Dengan memahami dan meresapi pengaruh "kompetisi terbatas" dan mindset "the others" dalam interaksi sosial, kita dapat bekerja sama untuk mendorong peningkatan empati, kerja sama, dan pemahaman lintas budaya. Melalui upaya bersama, kesediaan untuk belajar dari sudut pandang orang lain, dan komunikasi yang terbuka, kita dapat membangun masyarakat yang lebih bersatu, inklusif, dan peduli terhadap kebutuhan dan pengalaman orang lain.