Skip to main content

Krisis Keuangan Dunia: The End of Capitalism?

By October 15, 200810 Comments

Semua telivisi satelit, yang biasanya didominasi oleh berita dan acara-acara bernunasa politik, terus menurunkan laporan-laporan tentang kepanikan dunia menghadapi badai krisis keuangan yang bermula di Amerika, lalu menjalar ke Eropa dan kini sedang gentayangan di Timur Tengah.

Dimulai dengan pembangkrutan Lehman Brother pada hari minggu, 14 September 2008, krisis financial memasuki fase akut ditandai dengan kegagalan bank-bank Amerika dan Eropa dan upaya pemerintah mereka melakukan penyelamatan. Di AS dengan dikeluarkannya Emergency Economic Stabilization Act of 2008 dan di Eropa dengan injeksi capital ke bank-bank besar. Seiring dengan perkembangan krisis, bursa saham di seluruh dunia rontok dan regulator berupaya untuk mengendalikan krisis. Jatuhnya harga minyak karena turunnya permintaan, ditambah dengan proyeksi adanya resesi global, membawa 2000s energy crisis ke penyelesaian sementara.

Sejumlah pengamat menyatakan kalau krisis likuiditas ini dilanjutkan, maka akan berlanjut ke resesi berkepanjangan atau bahkan lebih parah. Semakin memburuknya perkembangan krisis membawa ketakutan akan hancurnya ekonomi global. Krisis ini tampaknya akan berujung pada penyelamatan terbesar industri perbankan sejak 1930-an. Bank Investasi UBS menyatakan pada 6 Oktober bahwa pada tahun 2009 akan ada resesi global dengan pemulihan akan memakan waktu paling cepat satu sampai dua tahun. Tiga hari kemudian ekonomis UBS menyatakan bahwa “tahap akhir” dari krisis ini sudah tampak, dengan dunia telah melakukan hal-hal yang diperlukan untuk mengatasi krisis ini: injeksi modal dari pemerintah, injeksi dilakukan secara sistematis, pemotongan tingkat suku bunga untuk menolong debitur. Pemerintah Inggris telah memulai injeksi sistemik, dan bank-bank sentral dunia kini telah memotong tingkat suku bunga mereka. UBS menyatakan bahwa AS harus mengimplementasi injeksi sistematis ini. UBS juga kemudian menyatakan bahwa hal ini hanya akan memperbaiki krisis finansial, namun secara ekonomi “yang terburuk masih akan tiba”.

Berikut ini sebuah ulasan singkat tapi cukup layak untuk dibaca. Sialkan klik

Teman-teman sekalian, rasanya tak bisa menahan diri saya untuk mengomentari perkembangan terakhir di pasar keuangan global khususnya apa yang terjadi di Amerika. dan ingin share dengan teman-teman disini, sekaligus variasi wacana tidak melulu pada level mikro tetapi juga makro.

Perkembangan krisis keuangan subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat ternyata menunjukkan arah yang lebih mengkhawatirkan. Realita pasar diyakini lebih parah daripada yang terlihat dipermukaan, bahkan relative masih belum dapat dikatakan perkembangnnya berada di track menuju pemulihan.

Fakta-fakta terakhir menunjukkan kondisi tersebut. Krisis keuangan Amerika terlihat memasuki fase kritis dengan bangkrutnya Bank Investasi terbesar di negara itu yaitu Lehman Brothers setelah diambil alihnya perusahaan mortgage terbesar di Amerika; Freddie Mac dan Fannie Mae oleh pemerintah Amerika. Sementara Merrill Lynch mengalami kondisi tak jauh beda hingga harus diakuisisi oleh Bank of America. Terakhir perusahaan asuransi terbesar AIG (American International Group) menunjukkan gejala kritis yang sama dan pemerintah Amerika harus melakukan bailout. Beberapa saat setelah informasi kebangkrutan Lehman Brothers pasar keuangan dunia mengalami terjun bebas di tingkat terendah dalam tiga tahun terakhir ini.

Sejauh mana situasi krisis keuangan di Amerika ini (yang mungkin juga menghantam pasar Eropa), tentu banyak data yang harus diungkap. Namun untuk mengetahui data tersebut selalunya ditemukan kesulitan, mengingat karakteristik “tertutupnya” private sector di industry keuangan dalam hal itu, dengan dalih untuk menjaga reputasi, kepercayaan public atau stabilitas sistemik. Tetapi indikasi kedalaman krisis dapat dilihat dari analisa “eksternal kualitatif” pada peristiwa ini.

Krisis keuangan ini memaksa pemerintah Amerika turun tangan mengendalikan pasar secara dominan baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini terlihat bagaimana pemerintah melakukan bailout secara langsung Freddie Mac, Fannie Mae dan AIG serta pengakuisisian Merrill Lynch oleh Bank of America yang sahamnya dimiliki pemerintah America.

Kondisi ini menunjukkan bahwa krisis tidak dapat ditangani lagi oleh private sector, sehingga pemerintah Amerika harus secara dominan melakukan program-program penanggulangan. Indikasi selanjutnya yang bias dibaca adalah krisis ini menyeret perusahaan-perusaha an keuangan terbesar di Amerika. Dari dua indikasi ini saja dapat dianalisa secara sederhana bahwa krisis ini adalah krisis yang serius.

Dan situasi terakhir ini tentu mendorong antusiasme para ekonom untuk melakukan analisa mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan akan terjadi diperekonomian khususnya sector keuangan dalam waktu dekat ini. Seperti yang sudah-sudah, analisa para ekonom khususnya konvensional, lebih berada pada ranah regulasi, good governance, program pengaman dan moral hazard. Analisa tidak pernah menyentuh ranah system. Kecurigaan penyebab kekacauan keuangan dan ekonomi tidak pernah jatuh pada system yang dianut, konsepsi yang digunakan, atau instrument keuangan sebagai alat ejawantah dari system.

Saya jadi ingat tulisan saya tahun 2002 di Republika, “Mau Kemana Globalisasi Ekonomi”, yang oleh Editor Republika judulnya dirubah menjadi “Kekacauan Ekonomi Global”. semoga peristiwa terakhir ini dan detik-detik ke depan semakin menyemangati kita untuk mengusung Ekonomi Islam.

LENYAPKAN KERAGUAN!

BANGKITKAN SEMANGAT!

JANGAN SIBUK DENGAN HAL YANG TIDAK PENTING!

salam

ali sakti

www.abiaqsa. blogspot. com