Skip to main content

KRITIK DARI DALAM

By September 16, 2016No Comments

“Kritik dari dalam” adalah etika kerendahan hati dan metode memperoleh pemahaman logis dengan bekal karunia akal sehat.
Menganut sebuah keyakinan tidak berarti pensiun berpikir kritis, karena sangat mungkin keyakinan atau sebagiannya dianut tanpa sikap kritis.
“Kritik dari dalam” tidak niscaya melepaskan ketetikatan dengan anutan tapi bila dilakukan secara metodis justru membersihkannya dari ekstrmemitas
“Kritik dari dalam” tidak berarti dekonstruksi. Ia bisa difungsikan sebagai detektor yang hanya menyasar subjek-sunjek irrasional/ekstrem.
“Kritik dari dalam” juga bisa mendorong terciptanya iklim yang bersih dari ketegangan akibat lomba truth calim antar penganut keyakinan.
Tentu, tidak logis seorang Muslm mengkritik Islam yang dianutnya. tapi karena interpretasi-intepretasinya sangat banyak, “kritik dari dalam” diperlukan.
Muslim kritis tidak mengkritik Islam sebagai agama pilihannya tapi mengkritisi aneka interpretasi tentang Islam supaya keyakinanya logis bebas ektremisme.
Dengan “kritik dari dalam”, setiap penganut akan sibuk menyempurnakan pemahamannya dan tidak mengkritisi keyakinan lain yang mungkin tidak dipahaminya.
Dalam konteks mazhab, Muslim Sunni perlu mengkritisi aneka pandangan dalam mazhab Sunni agar tidak menjadi Sunni ekstremis. Muslim Syiah perlu mengkritisi ragam pendapat dalam mazhab Syiah supaya tidak Syiah ekstremis.
Tentu bersikap kritis terhadap mazhab sendiri tidak berarti asal menolak tapi mempertanyakan dan mencari rasionalitas prinsip yang mendasari pendapat-pendapat itu.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam literatur Sunni juga literatur Syiah terdapat sejumlah pandangan yang tidak bisa ditelan begitu saja. Karena itu “kritik dari dalam” perlu dilakukan sepanjang sesuai dengan kaidah ilmiah studi kritik.
“Kritik dari dalam” melahirkan pandangan dan interpretasi argumentatif yang dapat dipertanggungjawabkan untuk diterapkan oleh penganutnya dengan kesadaran prima.
Yang disayangkan, sebagian orang menganggap sikap kritis intra mazhab sebagai pembangkangan dan upaya merusak dari dalam. Sikap demikian bisa dimaklumo karena sebagian sikap kritis dilontarkan oleh orang-orang yang tidak kompeten atau terpengaruh oleh pandangan di luar Islam. Namun generalisasi vonis negatif atas setiap sikap kriris justru menyuburkan kejumudan dan fanatisme yang mencoreng citra mazhab itu sendiri.