KRITIK SERAMPANGAN

KRITIK SERAMPANGAN
Photo by Unsplash.com

Kritik itu perlu bila 1) berdasarkan data valid, 2) disertai solusi, 3) dikemas dalam diksi yang tak disepakati sebagai penghinaan.

Karena tersimpan dalam diri, niat baik tak cukup jadi alasan tunggal mengkritik.

Sebuah kritik dianggap konstruktif dari konten dan caranya.

Karena disampaikan sebagai teguran, saran dan edukasi, kritik kontruktif pasti bebas dari penghinaan.

Karena kritik harus proporsional, yang dikritik harus meresponnya secara proporsional.

Juri setiap pernyataan, berupa kritik dan penghargaan, adalah logika formal dan material, bukan kesan stereotype.

Kritik pihak oposisi tak mesti destruktif dan tendensius selama mengkritik tak jadi pola rutin.

Kritik bisa dianggap proporsional bila sasaran kritik adalah tindakan, bukan diri.

Karena kritik adalah saran, nasihat dan edukasi, bukan instruksi, pihak yang dikritik berhak untuk menerima dan menolaknya.

Orang bijak tak menghina dengan alasan mengkritik dan tak menjilat dengan alasan mengapresiasi.

Supaya negara tidak bubar, perlu pemerintah yang besar hati dan oposan yang rendah hati.

Kritik tak proporsional adalah karunia bagi yang dikritik.

Kritik tak berdasar data valid adalah bumerang.

Kritik proporsional adalah cermin ketulusan.

Menjustifikasi kesalahan dan membedakinya dengan interpretasi tak logis lebih buruk dari kesalahan itu sendiri.

Menolak semua kritik bisa ditafsirkan sebagai keangkuhan. Mengkritik semua kebijakan bisa diduga sebagai kedengkian.

Kritik serampangan harus dipatahkan dengan data valid, bukan kritik serampangan pula.

Yang lebih baik dari menuduhnya berdusta adalah membuktikan kejujuran anda.

Pendengki menganggap kesuksesan orang lain sebagai kegagalannya dan menganggap kegagalan orang lain sebagai kesuksesannya.

Demokrasi makin kokoh dengan apresiasi proporsional dan kritik fair.

Read more