Skip to main content

KUMAIL Adukan Kyai Pro Perpecahan Umat di Malang ke MUI

By January 14, 20098 Comments

clip_image002

No. : 05/KML/ oi/2009

Lampiran : –

Hal : Pengaduan

Kepada Yang Terhormat:

Bapak Ketua Majlis Ulama Indonesia, Cab Kabupaten Malang

Di tempat

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah.

Di tengah situasi yang menimpa kaum muslimin dan pembantaian warga muslim Palestina di jalur Gaza, setiap muslim yang beriman kepada Allah dan meyakini prinsip penegakan keadilan sebagai filosofi dan tujuan diutusnya para Nabi, sebagaimana firman Allah:

لَقَدْ أَرْسلْنَا رُسلَنَا بِالْبَيِّنَتِ وَ أَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَب وَ الْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاس بِالْقِسطِ …

“Sungguh Kami telah mengutus para Rasul Kami dengan membawa bukti-bukti dan telah Kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca agar supaya manusia menegakkan keadilan” (QS al Hadid 25 ) bahkan setiap insan merdeka dan bebas yang mempunyai kehormatan dan mendengar panggilan nurani akan tersentak dan merasa terguncang menyaksikan kebiadaban gerombolan Zionis yang haus darah yang sampai hari ini telah membantai dan melukai ribuan warga; laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tertindas.

Agresi barbarik atas jalur Gaza memperingatkan setiap muslim yang lalai, para petualang dan pencari ‘perdamaian’ dengan rezim Zionis akan bahaya bercokolnya kelompok ‘kafir harbiy’ di jantung negara-negara kaum muslimin dan, pada waktu yang sama, juga membuktikan kebohongan klaim para penguasa Amerika Serikat dan rezim-rezim Barat tentang hak asasi manusia, karena dengan sikap tidak peduli bahkan mendukung pembantaian besar ini mereka telah membuktikan bahwa mereka juga berada di barisan yang sama dengan musuh-musuh rakyat Palestina.

Di hadapan peristiwa yang menimpa umat Islam di Gaza, seseorang hanya dapat mengadukan besarnya tragedi ini kepada Allah yang Maha Perkasa (al Jabbar) dan Maha Pendendam (al Muntaqim) dan memohon dari hadiratNya untuk membalas dan menghukum musuh-musuh karena semua kejahatan yang mereka lakukan atas rakyat Palestina yang tertindas.

Selain mengadu kepada Allah, kita juga mengadukan peristiwa ini kepada para ulama dan ruhaniawan yang merupakan pemuka dan pemimpin sejati bagi kaum muslimin seraya bertanya kepada mereka, bukankah telah tiba saatnya bagi para ulama dan kaum muslimin untuk merasakan adanya ancaman? Bukankah telah tiba saatnya bagi semua untuk melaksanakan kewajiban menyampaikan kebenaran (haq), meski dirasa pahit, di hadapan para penguasa zalim?!

Bukankah para ulama, sebagai pewaris para Nabi, seharusnya berada di front terdepan untuk membela orang-orang lemah di Palestina dan berhadap-hadapan dengan rezim perampas, kafir harbiy dan agresor?! Bukankah Rasulullah (saw) bersabda: “barang siapa mendengar seruan permintaan tolong dari kaum muslimin dan tidak menyahutinya maka ia bukanlah orang muslim”?!

Sungguh tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa duka yang disebabkan oleh bungkamnya sebagian orang yang berpredikat sebagai ulama di hadapan ‘bencana kemanusian’ yang terjadi di Gaza terasa lebih besar dibanding bencana itu sendiri.

Dalam konteks seperti tersebut diatas, sangatlah tidak dapat diterima komentar seorang ustadz yang mengatasnamakan lembaga suci dan terhormat Majlis Ulama Indonesia, Kabupaten Malang yang memperingatkan kaum muslimin akan adanya upaya ‘penyalahgunaan’ kelompok sesat dari situasi dan gelombang gerakan dukungan rakyat Indonesia kepada rakyat Palestina.

Apakah ustadz tersebut tidak mengerti bahwa isu Palestina bukanlah isu kelompok atau etnis tertentu, Palestina bukan isu orang Arab, bukan isu pengikut mazhab tertentu bahkan ia bukanlah isu umat Islam semata. Palestina adalah isu kemanusiaan, isu keadilan dan isu kebebasan yang merupakan hak bagi setiap insan sebagaimana Allah melahirkannya ke dunia dalam keadaan bebas, sehingga siapa pun tidak boleh merampas kebebasan yang merupakan karunia Tuhan kepada hamba-hambaNya.

Aksi protes dan demo yang pada hari-hari ini dilakukan di seluruh penjuru dunia dari Karakas dan Buenos Aires hingga New York, London, Paris, Wina, New Delhi, Manila, Melbourne dan bahkan oleh kelompok-kelompok Yahudi anti-Zionis di beberapa kota dunia, tentu disamping ibu kota-ibu kota negara kaum muslimin, seluruhnya menunjukkan bahwa isu keadilan bagi rakyat Palestina adalah isu milik setiap insan yang memiliki nurani.

Kenapa ustadz hanya bisa berbicara lantang seputar isu-isu khilafiyah antar mazhab dan seakan bisu seribu bahasa di hadapan kejahatan yang terjadi di dunia Islam?! Bukankah kaum muslimin yang kini tengah dibantai oleh pasukan Zionis di Gaza adalah dari pengikut mazhab yang sama dengan ustadz? Bukankah Hamas, Jihad Islam dan kelompok-kelompok perlawanan (muqawamah) lainnya yang dengan gagah berani menghadapi agresi Israel juga mengucapkan syahdatain dan pengikut setia para khalifah yang telah membebaskan tanah suci Palestina?!

Saya menantang ustadz untuk mengungkap motivasi yang sebenarnya di balik pernyataan tentang penyalahgunaan ‘kelompok sesat’ dari situasi dan aksi-aksi dukungan kepada perjuangan rakyat Palestina. Kenapa ustadz tidak punya cukup keberanian untuk menyatakan apa yang ustadz anggap sebagai kebenaran dan kenapa harus mencari-cari dan memberikan justifikasi terhadap prilaku yang jelas-jelas tidak peduli terhadap apa yang tengah dialami oleh umat Islam di Palestina? Bukankah ‘kelompok sesat’ yang sebenarnya adalah mereka yang meninggalkan jihad fi sabilillah dengan semua cara, termasuk jihad dengan harta dan dengan lisan, untuk membela sesama muslim yang tengah dizalimi gerombolan Zionis dan para pendukungnya?!

Alhamdulillah, dalam pernyataan yang dimuat di harian Radar Malang Jawa Pos, tanggal 3 Januari 2009 ustadz masih ingat bahwa umat Islam di Palestina perlu kita do’akan. Namun, dengan semua penghormatan saya kepada setiap yang menyandang predikat ustadz, saya meminta maaf karena harus mengatakan, betapa naifnya ajakan untuk berdo’a tanpa diiringi dengan dukungan yang lebih nyata kepada rakyat Palestina yang tertindas yang tengah dibombardir oleh jet-jet tempur dan dihujani meriam yang ditembakkan dari laut dan darat oleh tentara Zionis yang rasist dan yang jiwanya dipenuhi dengan kebencian kepada kaum muslimin. Kapan Rasulullah saw pernah mengajarkan do’a tanpa perjuangan, apalagi do’a yang diiringi dengan komentar dan ajakan yang bersifat memecah belah barisan umat?

Selaku anggota masyarakat muslim Indonesia, saya mengadukan masalah ini kepada lembaga MUI dengan harapan bahwa Pimpinan dan segenap ulama al kiram yang duduk di lembaga terhormat ini berkenan memaafkan semua kelancangan saya karena sesungguhnya saya tidak memliki tujuan lain kecuali keinginan untuk melaksanakan kewajiban saling memesankan kepada kebenaran (at tawashi bil haq). Saya juga mendo’akan ustadz yang saya maksud agar segera kembali ke jalan yang lurus, yakni jalan persaudaraan kemanusiaan, kalau bukan persaudaraan keagamaan.

Menurut saya, wujud kebenaran sungguh lebih besar untuk dapat kita cakup seluruhnya, sebagaimana wujud kita sungguh lebih kecil untuk dapat mencakup seluruh kebenaran.

Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Malang, 8 Januari 2009

Hormat Kami

Koordinator KUMAILWilayah Malang Raya

(Bambang Joe)

Tembusan disampaikan kepada:

1. Yang terhormat Bapak Ketua Majlis Ulama Indonesia, Kantor Pusat

2. Yang Terhormat Bapak Kepala Polisi Wilayah Malang

3. Yang Terhormat Pimpinan Redaksi Radar Malang, Jawa Pos