Kupamerkan Tangisku (Mohon Doa 7)
Ya Allah, Kau tahu bahwa jiwa yang rapuh initak kuasa menahan gempuran badaiderita yang selalu mengiringi malam dan siang orang-orang yang disayanginya. Apa mesti dilakukan dan dikata? Berikan isyaratMu…
Ya Allah, mata yang jarang dikunjungi rasa kantuk ini kupersembahkan sebagai saksi betapa kecupan sayangMu amat didambakan, dan dada yang sering sesak ini menanti elusan kasihMu.
Ya Allah, kepada siapa lagi selainMu, kami mesti mamerkan butir-butir hangat yang membasahi pipi sembari mengemis pertolongan.
Ya Allah, aku telah wakafkan jiwaku untuk menjadi tempat berteduh hamba-hambaMu yang berkeluh kesah dan mencari pertolongan.
Ya Allah, aku memang kurang bersyukur dan sangat lemah karena tak tahan memikirkan duka yang merundung mereka. tapi, aku yakin Engkau sangat memakluminya.
Ya Allah, sengaja kupampangkan lantunan doa ini di lembar umum ini agar hati para pembacanya tersentuh untuk turut merayuMu, mendambaMu dan memohon pertolonganMu.
Ya Allah, semula aku khawatir Engkau menganggapku putus asa, tapi aku abaikan karena aku tahu Kau menyuruhku untuk selalu mengetuk pintu rahmat dan maafMu.
Ya Allah, sekiranya Engkau memang berencana untuk mendidikku dengan 'cubitan-cubitan sayang', maka aku menerimanya. Namun, kiranya Engkau berkenan untuk memberiku isyarat dan melepaskan mereka dari derita-derita itu.
Ya Allah, maafkanlah kelancangan dan sikap kurang ajarku. Pandanglah aku dengan mata maafMu dan temukanlah namaku dalam daftar orang-orang yang senantiasa bersalawat kepada NabiMu yang termulia dan keluarganya yang suci. Dengan bekal sekerat takzim itu, aku yakin Engkau pasti akan membentangkan jalan keluar yang luas dan lurus. (Selasa,4 Maret 2008, pukul 02.14)