Rupanya ada saja yang belum menangkap pesan yang termuat dalam posting “Sebaiknya Polemik Seputar Alkisut Dihentikan”. Saya tidak tahu apakah comment-comment yang terus itu (dan sebagian terlalu personal) memang dikirim oleh orang-orang yang tidak tahu bahayanya fitnah atau memang tidak tahu sama sekali persoalan yang sebenarnya terjadi.
Saya berprasangka baik bahwa para pemberi comment tergerak oleh semangat ukhuwah. Meski coment-comen dukungan melampaui jumlah yang menentang atau menyesalkan adanya posting itu, saya berusaha untuk bersikap tenang dengan menutup polemik itu.
Dengan semua sikap itu, sapi saya tidak ingin persoalan berbalik arah, dari mengecam sebuah majalah bersikap kurang ajar terhadap prinsip-prinsip keyakinan dengan cara-cara biadab menjadi polemik seputar posting yang menyikapi majalah penebar fitnah.
Mungkin saya berlebihan dan saya mengaku kurang bijak. Tapi, bagi yang belum membacanya, bayangkan majalah yang kisut itu melukiskan (Habib super) Imam Khomeini, manusia kudus di mata pengikut Ahlulbait di seluruh planet ini, sebagai lelaki pedofil dan (Habib) Imam Khamenei, panutan tertinggi selama masa kegaiban, sebagai lelaki penuh syahwat. Foto-foto dimanipulasi dengan komentar di bawahnya benar-benar membuat dada lelaki lemah seperti saya meletup.
Apa yang ada dalam posting Alkisut tidak sebanding dengan rasa sakit hati yang terus meletup sampai ketika polemik itu dihentikan. Jadi, saya mohon, hargai keputusan sepihak gencatan wacana ini.
Kepada para pemberi comment dan yang akan memberikan comment, baik mendukung maupun menetang, saya ucapkan terimakasih dan maaf maaf sebesar-besarnya.
