Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya (Bagus, 1996). Dengan kata lain, kapitalisme sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-hak individu, termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat.
Kapitalisme sebagai ideologi dan sistem ekonomi diterapkan oleh Barat dan dunia liberal. Di dunia Islam dan di negara-negara dunia ketiga mungkin tak ada orang yang mendukung Kapitalisme, apalagi menganutnya. Tapi hampir semua orang menjalaninya sebagai mindset dan perilaku. Itulah gejala Late Capitalism.
Late Capitalism adalah sistem ekonomi pasca-industri, di mana barang non-material (tak berwujud atau abstrak) seperti gaya hidup kecantikan, ketampanan, kemewahan, persahabatan, ketenaran, kesombongan, pemihakan, perseturuan, pengetahuan, kebaikan (filantropy), agama, keunikan, kegilaan, kehebohan, kesereman, aib, keajaiban, keharuan, kesalehan, kebencian, spiritualitas. ateisme, agnotisisme, sofisme, rasisme, chauvinisme, nasionalisme, absurditas, dapat dikomodifikasi (dibuat agar dapat ditukarkan atau diperdagangkan) dan dikonsumsi.
Pada Late Capitalism yang memiliki corak sistem ekonomi seperti itu, barang non-material dapat diproyeksikan atau dikomodifikasi sedemikian rupa melalui tokoh publik dan dibagikan lewat berbagai kanal, termasuk sosial media.
Setidaknya late capitalisme punya tiga ciri khas, yaitu
- Memperluas pengertian modal hingga mencakup entitas non material, termasuk citra, keyakinan, pikiran, perasaan dan sebagainya.
- Memperluas pengertian modal dan tidak hanya direpresentasi oleh kelas ekonomi atas yang sebelumnya hanya beredar di kalangan elit ekonomi dan politik seperti kaum aristokrat, politisi borjuis dan para cukiong feodalis, tapi mencakup semua lapisan dari elit sampai elit.
- Ia bukan lagi konsep ideologi ekonomi yang diterapkan oleh institusi negara atau korporasi tapi gaya hidup yang dijalani oleh individu.
“Dunia adalah bangkai. Para pemburunya adalah kawanan heyna” (Ali bin Abi Talib)
Perumpamaan dunia itu seperti bangkai yang dikerumuni oleh anjing-anjing yang diseretnya, maukah kamu menjadi anjing ًًًyang terseet bersama mereka?” (Hilyat Al-Awliya’, 8/238).