Skip to main content

LIBIDO KUASA

By April 3, 2017No Comments

LIBIDO KUASA
Ambisi kekuasaan adalah abnormalitas yang paling umum dan purba sehingga pengidapnya terlihat seperti orang waras. Para tiran, para tuan tanah tamak, para bromocorah berpenampilan beradab dan semua pelaku kezaliman telah mendemonstrasikannya di atas panggung sejarah mulai dari Namrud lalu Yazid dan seterusnya.

Ambisi kekuasaan timbul dari rasa rendah diri. Karena cemas dan takut didominasi orang lain, ia berusaha melenyapkannya dengan mencari dominasi.

Ambisi kuasa timbul dari kehendak survive. Namun saat ruangnya kian sempit dan arena kompetisi makin padat, ia berubah jadi kehendak dominasi. Baca juga: TRAGEDI SAMPANG: KUASA PEMBODOHAN
Salah satu kecerdasan manusia adalah kemampuannya mengemas harsat dominasi dalam aksi-aksi yang sekilas terlihat baik.
Hasrat dominasi adalah kata lain dari klaim sebagai tuhan, yang menjadi sumber prilaku buruk. Contoh-contohnya adalah sbb:
Hasrat dominasi dengan memposisikan orang yang tidak lebih buruk sebagai objek yang dicurahi nasihat-nasihat kebaikan yang dia sendiri tak melaksanakannya.
Hasrat dominasi dengan meremehkan orang lain supaya tertswan sebagai keranjang bagi pandangan-pandangannya.

Hasrat dominasi dengan menyombongkan diri dan memenjarakan orang lain dalam hutang budi dari sumbangan-sumbangannya.

Hasrat dominasi dengqn menakut-nakuti orang dengan isu-isu aliran sesat dan doktrin intoleransi deni menjadikan mesin ekstremisme dan kekerasan.
Hasrat menjadikan orang lain sebagai pelayan dengan ditampilkan berupa aksi menganjurkan penghormatan kepada figur yang dikesankan sangat bertakwa. Baca juga: AMBISI KEKUASAAN
Dominasi yang sulit dicapai karena ragam faktor mendorongnya mengabaikan hak survive orang lain dan melanggar aturan kompetisi dengan melakukan agresi.
Saat dominasi telah diraih dengan agresi, kecemasannya kian menebal. Karena itu ia merasa perlu memperluas area dominasi demi mempertahankannya.
Hasrat kuasa tak selalu berhubungan dengan politik formal, struktur dan negara. Ia bisa muncul berupa agresi terhadap keyakinan, kebahagiaan dan kesuksesan orang lain.
Agresi sebagai produk ambisi kuasa bisa muncul secara eksplisit berupa represi, intimidasi, pembunuhan karakter, kampanye hitam, hate speech dan sebagainya.
Agresi juga muncul scara implisit dalam canda yang mempermalukan, sindiran yang menyakitkan, pujian yang berlebihan, kritik, yang melemahkan, jasa yang membelenggu dan sebagainya.
Anehnya, sepanjang sejarah selalu ada (banyak) orang yang membiarkan diri jadi mangsa agresi kekuasaan, baik struktural maupun kultural.
Penyesatan dan oleh orang-orang yang menobatkan diri sebagai ulama terhadap warga negara yang memilih keyakinan dan sikap politik adalah contoh kehendak dominasi kultural.