Meski kualitas persepakbolaan kita tetap atau makin kedodoran, kualitas kericuhan dan kebrutalan suporternya lumayan dahsyat, bahkan melebihi liga-liga top dunia, seperti Inggris, Spanyol dan Itali.
Apa yang terjadi di Kediri dan Solo kemarin benar-benar memalukan. Kompetisi sepak bola Liga Indonesia X, kembali dinodai aksi kericuhan. Tragisnya kejadian tersebut tak hanya di level Divisi Utama, tapi juga Divisi I. Istirahat sebulan lamanya karena pemilu legislatif ternyata tidak cukup untuk menyadarkan semua yang terlibat di sepak bola.
Beragam kasus yang terjadi pada awal pertandingan setelah terhenti karena masa kampanye dan pemilu legislatif. Wasit yang dianggap kurang jeli dalam memimpin pertandingan, keberutalan penonton, adanya dugaan menggunakan pemain yang tidak ada dalam daftar susunan pemain.
Ada apa dengan sepak bola Indonesia? Entahlah. Yang jelas seluruh komponen seperti terhipnotis oleh budaya kericuhan. Tim tamu selalu merasa tidak puas dengan kepemimpinan wasit. Suporter tuan rumah belum bisa menerima dengan lapang dada jika tim kesayangannya kalah. Tak kalah menarik, tudingan PSSI terlalu dekat dengan salah satu klub. Sehingga ketika pemain sudah mendapat hukuman dari komdis, hukuman bisa lebih ringan lagi di tingkat komisi banding.
Liga Paling Jeblok, tapi Paling Serem
