Pemerintahan baru koalisi Israel, entah itu dipimpin Tzipi Livni dari Kadima atau Benjamin Netanyahu dari Likud, akan menghadapi tantangan dalam menangani Iran, Hezbollah dan Hamas.
Sikap mereka ini dapat membuka peluang kerjasama antara Partai Kadima pimpinan Livni dan Partai Likud pimpinan Netanyahu. Kadima dan Likud kini sedang menimbang rekan koalisi.
Israel dihadapkan pada dua pilihan, menjadi penghambat perdamaian di Timur Tengah di bawah pemerintahan Likud dan koalisi sayap kanan. Atau Israel yang lebih moderat dan mendapat dukungan internasional di bawah Kadima.
Israel versi Livni mendukung pemberian area untuk membentuk negara Palestina. Sedangkan Israel-nya Netanyahu menyatakan pembicaraan perdamaian Timur Tengah yang didukung Amerika Serikat adalah omong kosong belaka.
Mantan perdana menteri Netanyahu bersikeras bahwa ia yang paling layak dipilih menjadi perdana menteri selanjutnya. Para pengamat politik mengamini hal ini. Mereka berpendapat Likud memiliki kans lebih besar untuk berkoalisi dengan partai berbasis agama dan partai ultranasionalis.
Mantan menteri informasi Palestina Mustafa Barghouti mengatakan hasil pemilu menunjukkan Israel bergerak semakin ke kanan. “Tidak ada perbedaan antara Livni, Netanyahu dan (Ehud) Barak,” kata Barghouti di Washington, Rabu (11/2) pada Associated Press.
Netanyahu dan Livni adalah dua monster kembar, tapi beda kelamin.