LOGIKA HITAM PUTIH

LOGIKA HITAM PUTIH
Photo by Unsplash.com

LOGIKA HITAM PUTIH

Berpikir hitam putih dalam bidang-bidang yang jelas subjeknya adalah keniscayaan, bukan ekstremisme.

Ekstremisme dan intoleransi bukanlah 'berpikir hitam putih', tapi mencabut hak orang lain untuk memilih pikiran dan sikap.

Tanpa logika biner (hitam putih), hukum dan norma runtuh.

Selama berbasis logika stois, berpikir 'hitam putih' adalah kemestian. Inilah fondasi filsafat, teologi, matematika dll.

Berpikir hitam putih tidak mesti menafikan hak orang lain untuk berpikir hitam putih juga.

Tetap berpikir logis (hitam putih) dalam menyikapi hal2 dinamis seraya mengakui hak orang lain berpikir hitam sesuai pilihannya.

Sekali menyampaikan sebuah pendapat, seketika penyampai menolak pendapat yang menafikan pendapatnya. Itulah logika 'hitam putih'.

Tidak berpikir dengan 'logika hitam putih' bisa berarti

berpikir dengan 'logika putih itu hitam'.

Yang 'berpikir hitam putih' menerima pikiran lain serta menganulir pikirannya sendiri dengan 'logika hitam putih' pula.

Berpikir dengan 'logika hitam putih', tak mesti bertindak dengan 'logika hitam putih'.

Saking saktinya 'Logika Hitam Putih', untuk menolak dan mencemoohnya pun memerlukannya.

"Menolak Logika Hitam Putih" adalah bagian dari Salboutisme alias obskurantisme.

Read more