Logika sebagai metode penalaran dengan akal sehat tidak mengukur validitas agama (sebagai wahyu suci) tapi mengukur validitas premis-premis penafsiran terhadap wahyu.
Bila agama sebagai wahyu diukur dengan logika, maka ia bukan wahyu atau tidak dianggap sebagai wahyu namun sebagai wacana anthromorphis atau teks suci.
Dengan membedakan agama sebagai wahyu dan agama sebagai penafsiran tentang agama, logikagama mengambil jalan tengah antara penafian agama dan penafian logika.
Seorang Muslim tidak logis bila menggunakan logika utk memvalidasi wahyu Quran karena disebut/menjadi Muslim karena telah meyakininya sebagai wahyu.
Logis bila non Muslim menggunakan logika untuk mengkritisi Quran yang tidak (belum) diyakininya sebagai wahyu melainkan sebagai teks atau premis biasa.
Bila Muslim mengkritisi Quran (yang diyakini sebagai wahyu oleh setiap Muslim), ia harus memposisikan diri sebagai non Muslim yang tidak menyakininya sebagai wahyu.
“Keharusan” Muslim mengkonfirmasi Quran sebagai wahyu bersifat logis. Tanpa keharusan logis ini, terjadi paradoks “Muslim sekaligus non Muslim”.
“Keharus logis” Muslim myakini Quran sebagai wahyu adalah konsekuensi logis kemuslimannya.Harusya sebelum mengaku Muslim, ia mengkritisinya dengan logika.
Setelah mengimaninya sebagai wahyu (ajaran transenden), tidak logis mempertanyakan validitasnya karena meniscayakan kontradiksi “percaya dan tidak percaya”.
Tidak logis pasien yang telah mempercayai seorang dokter memvalidasi kodokterannya saat diberi resep. Mestinya ia memverifikasi sebelum mempercayainya.
Mempercayainya sebagai dokter sekaligus mempertanyakan fakta kedokterannya menegasi kepercayaannya.
Kultur, agama dan sains adalah elemen-elemen peradaban. Agama yang menjadi bagian dari peradaban adalah fenomenanya, bukan ajaran-ajaran abstraknya.
Budaya (budi & daya) adalah persepsi-persepsi manusia melalui pendayaan akal budi dalam memaknai tujuan dan cara hidup.
Biarkan akal sehat terbang, ia akan mendarat di altar rasionalitas. Biarkan hati bersih menyelam, ia akan berlabuh di demaga spiritualitas.