MAHAMANUSIA
Manusia adalah sebuah entitas universal yang berlaku atas semua spesies hewan yang berakal sekaligus sebuah partikular dan personal atas semua entitas personal yang merupakan gabungan hewan dan berakal. Biasa adalah sifat bagi apapun yang dianggap lumrah dan umum atau setara dengan lainnya. Luar biasa berarti unik dan khusus atau unggul atau istimewa.
Manusia biasa adalah manusia dalam standar wajar dan umum alias tidak sempurna, tidak istimewa, tidak unggul atas selain ditinya, sama dengan manusia umumnya yang bisa salah dan benar, baik dan buruk, lupa, tidak mengerti semua hal dan semacamnya).
Manusia luar biasa manusia yang tak sama dengan manusia biasa alias
sempurna sebagai manusia.
Apakah Muhammad SAW manusia biasa?
Ada empat asumsi persepsi yang masing-masing menentukan sikap dan perlakuan yang berlainan terhadap Muhammad SAW dan kedudukannya sebagai berikut:
Asumsi pertama : Dia adalah anusia biasa, sedangkan ajarannya luar biasa.
Asumsi kedua : Dia adalah manusia luar biasa dan ajarannya biasa.
Asumsi ketiga: Dia adalah manusia biasa dan ajarannya biasa.
Asumsi keempat : Dia adalah manusia luar biasa dan ajarannya luar biasa.
Uraian asumsi pertama
Bila dia dianggap sebagai manusia biasa, maka dia tidak sempurna. Bila dianggap tidak sempurna, dia menyandang kekurangan, seperti lupa, keliru dan lainnya. Meski demikian, ajarannya dianggap sempurna.
Uraian asumsi kedua
Bila dia dianggap sebagai manusia luar biasa, maka dia mestinya dianggap sebagai manusia sempurna. Bila dianggap sebagai manusia sempurna, mestinya semua yang ada padanya dianggap sempurna. Meski demikian, ajarannya dianggap tidak sempurna.
Uraian asumsi ketiga
Bila dia dianggap sebagai manusia biasa, maka pantaslah bila ajarannya dianggap biasa. Pemegang asumsi ini sepantasnya tak mengimaninya dan mematuhinya. Aneh bila menganggapnya sebagai manusia yang setara dan tak unggul dari selainnya namun mengimani ajarannya.
Uraian asumsi keempat
Bila dia dianggap sebagai manusia luar biasa, maka dia dianggap sempurna. Bila dianggap sempurna, maka tak ada yang kurang pada dirinya. Karena dia dianggap sempurna, maka sepantasnya ajaran yang dibawanya sempurna. Karena ajarannya sempurna, sempurnalah semua alasan mempercayai dan mematuhinya.
Berbekal wawasan tentang empat asumsi eksklusif di atas, kita dapat mendeteksi sumber dan dasar persepsi setiap pandangan dan sikap terhadap Nabi dan Kenabian.
Yang berpandangan sesuai asumsi pertama terlihat mengabaikan penghormatan kepadanya, bahkan mencemooh semua tradisi pengagungannya namun fnatik kepada ajarannya secara harfiah.
Yang berpandangan sesuai asumsi kedua justru sibuk mengagungkan sosoknya, memperingati kelahirannya, memuja penampilan dan perilakunya dengan aneka narasi dan puisi, tanpa perlu memfilter secara ketat info-info pernyataan dan sikap yang diasosiasikan atau dinisbatkan kepadanya.
Yang berpandangan sesuai asumsi ketiga malah sibuk mengkritisi bahkan kerap ikut-ikutan mencemooh info tentang sosok juga ajarannya dengan alasan bersikap kritis.
Yang berpandangan sesuai asumsi keempat karena menganggapnya sebagai manusia sempurna menganggap ajarannya sempurna, dan karena menganggap ajarannya sempurna, menolak semua info teks dan sejarah serta pendapat yang tidak koheren dengan kesempurnaannya.